REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah
JEDDAH -- Sembilan majmuah (penyedia akomodasi jamaah hasji) di Madinah menyatakan penyesalan telah menelantarkan 17 ribu jamaah haji Indonesia di area luar Markaziah.
Mereka berjanji akan menempatkan ribuan jamaah haji Indonesia gelombang kedua yang akan tinggal di Kota Madinah setelah puncak haji.
Penyesalan tersebut disampaikan pemilik sembilan majmuah kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag RI, Abdul Djamil, saat diajak meninjau langsung kondisi mrmprihatinkan sarana pemondokan dan berdialog langsung dengan jamaah haji Indonesia di tempat-tempat pemondokan tersebt.
"Tadi malam (Jumat malam) lalu, saya panggil pemilik majmuat, mereka datang dan menyatakan penyesalan dan menunjukkan kesedihan,'' ujar Dirjen PHU usai rapat koordinasi evaluasi pelayanaan jamaah haji di Kantor Teknis Urusan Haji (TUH) KJRI Jeddah, Arab Saudi.
Para pemilik majmuah tersebut, kata Abdul Djamil, lalu diajak melihat kondisi jamaah haji Indonesia di luar Markaziyah.
Kesembilan dari 10 Majmuah yang menyalahi kontrak (wanprestasi) tersebut adalah Ilyas, Makarim, Sattah, Mubarok, Andalus, Sais Makki, Manazil Mukhtaro, Manazili, dan Mawaddah. Sedangkan Majmuah yang menepati janji adalah Zuhdi.
Kepada Dirjen dan rombongan dari PPIH Indonesia di Arab Saudi, pemilik sembilan majmuah mengaku tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisi memaksa karena izin operasional (Tasrekh)-nya belum keluar.
Selain itu, rekomendasi dari Baladiyah (asosiasi yang bertanggung jawab mengawasi pemondokan di Madinah) belum ada.