REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah
Kepada rombongan DPR, para jamaah haji asal kloter 31 embarkasi Surabaya menyampaikan keluhannya. "Makan sering telat, air sering mati, televisi juga cuma hidup separuh dan banyak semutnya (rusak),'' keluh seorang jamaah haji.
Keluhan jamaah lainnya, AC baru diperbaiki. Kalau malam, mengeluarkan suara berisik. ''Jadi jangan main-main tidur di sini kalau nggak ngantuk benar," kata salah satu jamaah kepala rombongan DPR.
Seorang jamaah haji menimpali, "Dulu katanya seperti hotel bintang tiga ternyata hotel bintang tujuh," sindir salah seorang jamaah getir. "Hotel Bintang sembilan kali, Pak," sahut Ida Fauziah.
Saat sejumlah anggota DPR berada di dalam kamar berisi delapan orang itu, seorang dokter yang juga jamaah haji, dr Agus, menghampiri wakil rakyat. Dokter ini menantang para anggota DPR tidur di pemondokan jelek hanya semalam.
"DPR coba tidur di sini satu hari saja pas liftnya mati, pas mau antre mandi," tantang Agus. "Memahami sesuatu kan tidak harus merasakan langsung," kata anggota Komisi VIII DPR dari PKS, Raihan Iskandar tersenyum sambil menyalami Agus.
Dia lantas protes. "Nggak bisa dong, Pak. Kalau seperti ini seharusnya ada kompensasi. Angkutan saja tidak ada," katanya. Namun Agus mengalah dan memilih kembali mengantre untuk mandi di pemondokan sederhana itu.
Temuan lain DPR adalah soal katering. Yang sangat memprihatinkan adalah makanan pagi yang harusnya diberikan pagi kepada jamaah haji, justru diberikan pada saat makan siang.
"Ini masalah, karena jamaah kita itu setelah Shalat Shubuh pulang (ke pemondokan) dan untuk sampai Shalat Dzuhur, mereka butuh stamina," tutur Ida, prihatin.