Rabu 24 Sep 2014 20:16 WIB

PBNU: Penetapan Haji Akbar Tidak Ditetapkan Jauh-Jauh Hari

Rep: c78/ Red: Agung Sasongko
 Sejumlah jamaah haji  berdoa  di bukit Jabal Rahmah saat melaksanakan ibadah wukuf di Arafah, Senin (14/10).  (AP/Amr Nabil)
Sejumlah jamaah haji berdoa di bukit Jabal Rahmah saat melaksanakan ibadah wukuf di Arafah, Senin (14/10). (AP/Amr Nabil)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ghazali Masruri mengaku heran dengan rangkaian pemberitaan yang menyebut, Haji Akbar yang juga merupakan penanda datangnya Hari Raya Idul Adha di Makkah sudah ditetapkan jauh-jauh hari.

Sebab, sepengetahuannya, pemerintah Arab Saudi akan melakukan rukyat atau pemantauan penampakan bulan hari ini untuk memastikan kapan dilaksanakan Haji Akbar, puasa arafah dan Idul Adha.

“Saudi itu menggunakan metode rukyat dan melakukan sidang isbat sama seperti kita, makanya saya heran dengan pemberitaan soal haji akbar yang katanya sudah ditetapkan jauh-jauh hari dengan hisab,” ujarnya kepada ROL saat dihubungi melalui telepon pada Rabu (24/9).

Menyoal berita penetapan haji akbar di Makkah pada 3 Oktober dan dilanjutkan dengan Idul Adha keesokan harinya (4/10), ia sudah mendengar sejak beberapa hari lalu dan segera mengkonfirmasi kepada pemerintah Saudi yang notabene telah melakukan hubungan kerja sama dengan PBNU. Makanya, ia berani menyebut Saudi pun melakukan rukyat hari ini dan belum menetapkan kapan tepatnya hari Idul Adha dijatuhkan.

Ia khawatir, kabar tersebut dihembuskan oleh oknum di Saudi Arabia, atau beberapa orang Indonesia sendiri untuk mengabaikan metode rukyat yang menurutnya sangat penting. Ia menegaskan, meski metode hisab atau perhitungan tanggal untuk menetapkan satu Dzulhijah penting, metode rukyat juga mesti dilakukan sebagai verifikasi secara empiris hasil hisab yang sejatinya masih merupakan perkiraan.

“Bukan kami tidak menginginkan adanya haji akbar, tapi dalam menetapkannya, Saudi melakukan rukyat seperti kita,” paparnya.

Ia menambahkan, adalah hal ganjil jika pemerintah Saudi saat ini menggunakan metode hisab di tengah situasi masih minimnya ahli hisab di sana, serta masih banyak yang perlu dipelajari soal hisab oleh Negara itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement