Oleh: Zaky Al Hamzah, Jeddah, Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- PPIH menyewa Mutahidin yang merupakan konsorsium 18 perusahaan katering untuk melayani 25 tenda maktab dari maktab 27 hingga maktab 52. Rata-rata setiap perusahaan memasok makanan di satu maktab, namun ada beberapa perusahaan yang memasok makanan ke dua maktab hingga tiga maktab.
Sedangkan Muassasah Asia Tenggara akan menyuplai makanan bagi jamaah haji di 26 maktab yakni dari tenda maktab 1 hingga maktab 26. Per maktab terdiri sekitar 2.950-3.000 orang jamaah haji Indonesia.
Di setiap maktab masing-masing memiliki satu dapur makanan, sehingga tak menyulitkan proses distribusi makanan dari dapur ke jamaah haji. Disamping tak membutuhkan kendaraan untuk mengantarkan makanan. Dapur maktab di Padang Arafah akan menggunakan bahan bakar kayu bakar.
"Untuk hindari hal-hal yang tak diinginkan kalau pakai gas," papar Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag, Sri Ilham Lubis. Sedangkan bahan bakar dapur maktab di Mina memakai kerosin.
Untuk menjaga higienitas makanan, PPIH menyiapkan pengawas katering dengan sistem berjenjang. Ada dua model pengawas, yakni, pertama, petugas yang mengawasi bahan baku makanan hingga proses memasaknya di dapur.
Kedua, pengawas yang memantau distribusi makanan hingga diterima jamaah di dalam tenda. "Jamaah tak perlu antre makanan, tapi cukup di dalam tenda. Makanan akan dibagikan oleh ketua rombongan dan diterima masing-masing jamaah," terang dia.
Di masing-masing maktab, terdapat dua orang petugas pengawas yang mengawasi menu makanan, serta satu koordinator yang mengawasi bahan baku, pengolahan serta pengemasan makanan. Dan satu orang lagi yang mengawasi pengiriman makanan dalam kotak (boks) dari dapur hingga ke tangan jamaah haji. Sehingga, dipastikan tak ada jamaah yang tak mendapatkan makanan.
Para pengawas tersebut akan bertanggung jawab kepada koordinator maktab yang membawahi sekitar 7-10 tenda maktab. Tim pengawas katering akan dibantu dari petugas pengamanan PPIH dan bertanggung jawab kepada Koordinator Maktab (Kortab). Satu Kortab akan mengawasi 7-10 maktab.
Tim pengawas ini terdiri dari ahli gizi dan koki dari salah satu perguruan tinggi di Bandung, Jawa Barat dan Kementerian Kesehatan. Mereka akan memantau langsung proses memasak dan penyajian makanan di Armina. “Tim ini tergabung dalam tim khusus katering Armina, mereka juga akan menilai performa,” ujar Sri.
Untuk menjamin higienis makanan, boks makanan memiliki warna berbeda untuk boks makanan pada pagi, siang dan sore. Setiap jamaah dianjurkan memakan makanan dalam jangka waktu yang ditentukan setelah menerima boks makanan.