REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah
Pernah mendengar kisah ini? Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallaahu 'anhuma, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Muhammad Shallallâhu 'alaihi wasallam bersabda: ''Ada tiga orang yang hidup sebelum kalian berangkat (ke suatu tempat) hingga mereka terpaksa harus menginap di sebuah gua, lalu memasukinya. Tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dari arah gunung lantas menutup rongga gua tersebut. Lalu mereka berkata: ’Sesungguhnya yang dapat menyelamatkan kalian dari batu besar ini hanyalah dengan (cara) berdoa kepada Allah SWT melalui perbuatan-perbuatan yang shalih’ (maksudnya: mereka memohon kepada Allah SWT dengan menyebutkan perbuatan yang dianggap paling ikhlas di antara yang mereka lakukan).
Setelah ketiga pemuda ini berdoa dengan ikhlas secara bergantian, Allah SWT kemudian membukakan sisa celah gua yang menutupi mereka, sehingga ketiga pemuda ini bisa keluar.
Kisah ini saya alami dalam medium, sosok pemuda dan doa yang berbeda dengan tiga pemuda dalam kisah di tas. Bukan hanya tiga pemuda yang saya temui, tapi lima pemuda.
Pertama, medium. Saya bertemu mereka saat sedang melayani jamaah haji Indonesia pukul 23.23 waktu Arab Saudi (WAS), Sabtu (27/9), di ruang transit jamaah haji Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi.
Mereka tiba di meja petugas di ruang transit dengan mengenakan kain ihram. Tas ransel yang dikenakannya pun sederhana dengan kapasitas sekitar 15-20 kilogram dan sebagian membawa goodiebag. Semuanya mengenakan sandal.
Kedua, sosok pemuda. Kelimanya adalah Krisdiyanto Hariyanto Supangat dari Jakarta, Pramusinto (Yogyakarta), Muhammad Ramlisamaleba (Kupang), Saifullah Slamet Surip dari Pekalongan dan Ahmad Syihabuddin Hasan (Bogor).
Dan ketiga adalah doa. Meski di waktu dan tempat yang berbeda, doa mereka ada kesamaan. Ingin berhaji. Dengan keyakinan. Mari ikuti perbincangan dengan mereka.
Pemuda pertama adalah Krisdiyanto. Dia adalah seorang guru SMA Bina Madani di Jalan Raya Bogor Gang Hj Rafi'i Sarpin, Kampung Rambutan, Jakarta Timur.
Meski berkeinginan haji sejak lama, namun pria kelahiran Magelang (Jawa Tengah) 11 Juli 1976 ini sadar diri gaji guru tidak mencukupi untuk membiayai pendaftaran haji.