REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Ada pengalaman spiritual yang masih saja melekat di benak Prof Dr Fathur Rokhman MHum. Itu berawal dari niatnya menunaikan ibadah haji di tanah suci, pada tahun 2011 lalu.
Bagi Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini, kesempatan menunaikan kesmpatan berhaji ini menjadi pengalaman yang sungguh luar biasa. Sebelumnya ka’bah hanya ada dalam bayangannya, saat menunaikan shalat. Namun kesempatan menunaikan haji tak sekedar melihat ka’bah yang sesungguhnya.
Namun juga membawanya mencium hajar aswad. “Inilah yang membuat saya selalu merindukan ka’bah, sampai sekarang,” ujarnya, Ahad (28/9).
Menurutnya, pengalaman yang begitu membekas selama berada di tanah suci, bermula saat masih berada di masjid Nabawi, Madinah. Pada kesempatan shalat di masjid yang dibangun Rasulullah ini, ia sangat berkeinginan dapat menunaikan shalat di Raudhah.
Karena para jamaah dari berbagai negara yang berminat shalat di bagian masjid --yang juga disebut Raudhatul Jannah—ini cukup banyak hingga berdesak- desakan. Iapun berserah mohon kepada Allah SWT, jika memang diberikan kesempatan ia ingin menunaikan shalat di tempat tersebut.
Rupanya doa dan keikhlasan ini didengar oleh Allah. Seperti dibukakan ruang, iapun dapat menunaikan shalat di Raudhah ini. “Meski jamaah yang menunaikan shalat di Raudhah ini jumlahnya ratusan, ternyata tidak sampai berdesak- desakan,” tegasnya.
Dari pengalaman ini, iapun dapat memetik hikmah, bahwa Allah senantiasa mendengar doa- doa hambanya yang dilakukan dengan keikhlasan dan kepasrahan. Iapun mengakui saat itu tak sedikitpun berprasangka. Hanya permohonan yang tulus kepada Allah, segala sesuatu seperti dimudahkan.
Pun saat berda di Masjidil Haram, Makkah. Melihat dan berada langsung di Baitullah pun begitu membekas dalam benaknya. Di mana, jutaan umat dari berbagai negara dari berbagai belahan bumi ini berkumpul. Dan tempat untuk menunaikan shalat berjamaah dan thawaf.
Fathur pun mengakui, berada di tempaat suci ini sangat luar biasa baginya. Bahkan biaya haji yang mencapai puluhan juta rupiahpun tak berarti apa- apa. Kepada Allah, iapun kembali berdoa dan memohon agar kesempatan tersebut bukan kesempatan yang terakhir baginya bisa berada kembali di Rumah Allah tersebut.
“Kembali, Allah SWT memberikan kesempatan kepada saya untuk mengunjungi Baitullah melalui ibadah umrah,” tambahnya.
Puncak dari pengalaman spiritualnya, saat menunaikan ibadah haji juga dirasakannya saat berdoa di padang Arafah. Iapun merasa, saat melaksanakan wukuf pun sperti benar- benar bersama para malaikat. Setiap doa- doa yang dipanjatkannya seperti diamini para malaikat ini.
Sehingga selama berada di padang Arafah ini iapun merasa sangat teduh. Iapun merasa berada sangat dekat dengan Allah. Semua dialog dengan Allah begitu dalam dan begitu khusyuk. Hingga tak ada hal lain, kecuali memperbanyak doa dan permohonan agar senantiasa mendapatkan hidayah dan berkah dari Allah SWT.
“Sehingga, setelah pulang dari Makkah selalu ada kerinduan kepada ka’bah. Karena telah memberikan pengalaman yang sangat luar biasa,” tambahnya.
Dari beberapa pengalaman ini, masih tambah Fathur, iapun semakin meyakini bahwa Allah selalu melihat dan mendengar doa umatnya. “Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah kepada umatnya yang selalu memohon dan bersabar dengan keikhlasan,” lanjutnya