Oleh: Arie Lukiehardianti
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Menurut Iis, keberadaan pedagang nasi dadakan itu sangat membantu jamaah karena lokasinya di depan hotel. Selain itu, menu dan rasanya sesuai dengan cita rasa orang Indonesia. Jadi, jamaah tidak sulit beradaptasi. Sementara, kalau membeli berbagai makanan khas Arab, rasanya belum tentu cocok dengan lidah jamaah.
''Kami jadi berasa ada di tanah air karena makanan yang dijual, makanan sehari-hari yang biasa kami makan. Bala-bala aja ada,'' katanya.
Selain menu yang variatif, menurut Iis, keberadaan pedagang nasi dadakan menguntungkan bagi jamaah. Karena, dengan harga terjangkau semua jamaah bisa memenuhi kebutuhan gizi mereka. Pedagang, menjual berbagai jenis sayuran untuk serat. Serta berbagai jenis ikan, yang mengandung protein.
Menurut Salah Seorang Pedagang Nasi Dadakan, Ria Turjanah, Ia sudah lima tahun berada di Makkah menemani suaminya yang bekerja sebagai TKI. Ia melihat, jamaah haji asal Indonesia banyak yang memasak sendiri selama di Makkah. Jadi, Ia ingin membantu memenuhi makanan jamaah haji sambil memperoleh tambahan penghasilan. Setiap pagi, sekitar pukul 02.00 WAS, Ia sudah bangun dan memasak agar bisa berjualan sekitar pukul 04.00 WAS.
''Alhamdulillah, setiap hari jualan saya habis. Jadi, bisa membawa uang 400 riyal ke rumah,'' ujar perempuan asal Madura itu.
Berbeda dengan Ria, Pedagang Nasi lainnya Asiah Sarah mengaku, Ia hanya menjualkan nasi bosnya. Bosnya yang warga negara Indonesia asli Madura, memiliki sekitar 6 orang pegawai termasuk dirinya yang bekerja di lokasi maktab yang berbeda. Sedangkan yang berbelanja dan memasak, pegawai lainnya.
''Saya ini menjualkan punya bos, sehari saya digaji sebesar 100 riyal. Jadi, sebulan gaji saya 3 ribu riyal ditambah Rp 9 juta,'' katanya.
Menurut Asiah, Ia baru berjualan mulai haji tahun ini. Awalnya, Ia melihat banyak jamaah yang kebingungan mencari makan. Jadi, Ia dan bosnya memiliki ide untuk berjualan.
''Saya senang, bisa membantu jamaah asal negeri saya sendiri,'' katanya.
Setiap hari, kata dia, Ia berjualan tiga kali. Yakni, saat subuh, ba'da dhuhur dan magrib. Setiap kali berjualan, Asiah membawa 100 nasi dan 100 lauk pauknya. Jadi, setiap pagi Ia bisa membawa uang sekitar 800 riyal, siang sebesar 700 riyal dan malem 900 riyal untuk di setorkan ke bosnya.
''Alhamdulillah, selama ini dagangan saya selalu habis,'' katanya.