REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mina juga dijuluki sebagai Kota Tenda. Ini karena adanya jutaan tenda yang telah disiapkan di hamparan padang pasir itu. Meski bukan sedang dalam musim haji, ribuan tenda tersebut tetap berdiri.
Pemerintah Arab Saudi saat ini terus berupaya untuk menambah jumlah tenda, memperluas area Mina, serta membuat sistem tenda bertingkat agar bisa menampung jamaah haji lebih banyak lagi pada tahun-tahun ke depan.
Saudi memindahkan bangunan publik dari Mina demi kenyamanan jamaah. Area tambahan tersebut bisa digunakan untuk tambahan tenda bagi jamaah haji yang datang ke negara ini.
Tak hanya terkenal untuk menginap, Mina merupakan daerah yang sangat penting bagi Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di sinilah, Ibrahim dan putranya, Ismail, diajarkan oleh Jibril untuk melaksanakan haji.
Lewat Atlas Haji, Muhammad bin Ishak menceritakan, ketika Ibrahim As telah menyelesaikan pembangunan Baitul Haram, Jibril mendatanginya dan berkata, “Tawaflah di sekelilingnya sebanyak tujuh kali putaran.” Maka, Ibrahim bersama Ismail melakukan tawaf di sekelilingnya sebanyak tujuh kali putaran. Keduanya menyentuh seluruh rukun (sudut Ka’bah) dalam setiap kali putaran.
Setelah menyelesaikan tujuh kali putaran, mereka mengerjakan shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim. Kemudian, Jibril bangkit bersama Ibrahim. Lalu, dia memperlihatkan kepada Ibrahim manasik haji secara keseluruhan; Shafa, Marwah, Mina, Muzdalifah, dan Arafah.
Ketika Ibrahim telah memasuki Mina dan turun dari Bukit Aqabah, mendadak iblis menampakkan dirinya di sisi Jumrah Aqabah. Maka, Jibril berkata kepadanya, “Lemparilah dia!” Lalu, Ibrahim melemparinya dengan tujuh butir kerikil dan iblis pun menghilang darinya.
Kemudian, Iblis itu muncul kembali pada Jumrah Wustha. Maka, Jibril berkata kepadanya, “Lemparilah dia!” Lalu, Ibrahim melemparinya dengan tujuh butir kerikil dan iblis pun menghilang darinya.
Kemudian, iblis itu muncul kembali pada Jumrah Ula. Maka, Jibril berkata kepada Ibrahim, “Lemparilah dia!” Lalu, Ibrahim melemparinya dengan tujuh butir kerikil sebesar kerikil yang lazim dipergunakan untuk melempar jumrah dan iblis pun menghilang darinya. Kemudian, Ibrahim melanjutkan ibadah hajinya.
Berikutnya, Jibril menghentikan dia di atas mawaqif (tempat wukuf) dan mengajarinya manasik haji hingga sampai di Arafah. Ketika Ibrahim sampai di Arafah, Jibril berkata kepadanya, “Sudahkah engkau mengerti akan manasik hajimu?” Ibrahim menjawab, “Araftu (Ya, aku tahu)!” Tempat itu kemudian disebut Arafah karena ucapan Jibril, “ arafta manasikaka?” (Sudahkah engkau mengerti akan manasik hajimu).
Kemudian, Ibrahim disuruh berseru kepada manusia untuk mengerjakan haji. Maka, Ibrahim berkata, “Ya Tuhan, apa yang dapat menyampaikan suaraku?” Allah SWT berfirman, “Berserulah, sementara aku yang menyampaikannya.”
Ibrahim pun naik ke maqam (yang dimaksud bukan makam –Red) dan maqam itu terus naik bersama dia sehingga menjadi sebuah gunung yang tertinggi. Maka, waktu itu bumi mengumpulkan lembahnya, gunung, daratan, lautan, manusia, dan jin sehingga Ibrahim dapat memperdengarkan seruannya kepada mereka semua.