Sabtu 04 Oct 2014 11:54 WIB

Dimudahkan Saat di Tanah Suci

Jamaah haji melaksanakan tawaf di Baitullah, Makkah, Arab aSaudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca
Jamaah haji melaksanakan tawaf di Baitullah, Makkah, Arab aSaudi.

Diasuh oleh: Ustaz HM Rizal Fadillah

Assalamualaikum wr wb.

Ustaz, di masyarakat kita ada anggapan bahwa amal baik dan buruk selama di Tanah Air akan dibalas di Tanah Suci. Benarkah? Bagaimana caranya agar kita dimudahkan dan dilancarkan saat berada di Tanah Suci?

Sumayya - Jakarta

Waalaikumussalam wr wb.

Tentu tidak sepenuhnya benar ungkapan tersebut. Amal baik akan dibalas itu sudah pasti karena Allah Maha Mengetahui amal-amal baik yang dikerjakan oleh hamba-hamba-Nya. Tanah Suci merupakan gudangnya pahala atas berbagai amal baik yang didasarkan iman. Rumah Allah adalah “mubaarokan” (berkah) dan “hudan” (hidayah) untuk seluruh alam. Keberkahan dan hidayah-Nya inilah yang akan diberikan kepada mereka yang sejak dari tanah airnya telah biasa untuk beramal baik.

Sebaliknya, bagi mereka yang beramal buruk di Tanah Air maka Tanah Suci bukanlah tempat untuk menghukum perilaku yang buruk itu. Tanah Suci adalah “tanah” yang “menyucikan” noda dan kotoran yang melekat pada hamba.

Ketika seseorang telah memancangkan niat akan berangkat ke Tanah Suci untuk beribadah haji, tertanam dalam jiwanya ia ingin diampuni segala dosa dan kesalahannya, ingin menangis di Baitullah menyesali perbuatan buruknya, ingin mendapat limpahan kasih sayang dari Allah yang disembahnya. Maka, baginya kelak Tanah Suci adalah gudangnya ampunan dari berbagai amal buruk yang didasarkan atas kebodohan dan hawa nafsu.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa melakukan ibadah haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan keji (rafats) dan tidak berbuat fasik maka ia akan kembali ke fitrah ibarat bayi yang keluar dari perut ibunya.” (Bukhari Muslim).

Ketika di Tanah Suci, sering jamaah haji mengait-ngaitkan “mushibah” atau kejadian buruk yang menimpa dengan amal-amal di Tanah Air. Sebagai tadzkirah hal tersebut bagus-bagus saja untuk bahan introspeksi dan koreksi. Akan tetapi, jika itu diprasangkai sebagai hukuman  dan kemarahan Allah kepadanya, anggapan itu mungkin menjadi tidak tepat dan berlebihan.

Sepanjang niat berangkat hajinya itu benar dan sesuai syariat, insya Allah ar-Rahman dan ar-Raohim tidak akan menghukum dan memarahi orang-orang yang dipanggil-Nya itu.

Cara agar dimudahkan dan dilancarkan di Tanah Suci tentu banyak, di antaranya pertama, niatkan ibadah haji itu karena Allah semata untuk memenuhi panggilan-Nya sehingga tingkat kepasrahan dan ketawakalan kita kepada Allah menjadi sangat tinggi. Kedua, memperbanyak zikir dan mengingat Allah sehingga setiap waktu Allah tidak akan melupakan kita sebagai hamba-Nya yang banyak bertakbir, bertasbih, dan bertahmid.

Ketiga, berendah hati dalam bergaul dengan sesama hamba Allah karena Dia senang kepada hamba yang demikian dan tidak suka kepada orang yang tinggi hati (sombong). Keempat, banyak membantu dan menolong kesulitan saudaranya karena Allah akan menolong kesulitan dirinya. Kelima, mengenal kultur dan adat setempat karena lingkungan akan menghargai kita yang menghargai kultur dan adat istiadatnya.

Keenam, berdoa kepada Allah agar perjalanan ibadah kita senantiasa dimudahkan dan dilancarkan. Ketujuh, berlama-lam lah di rumah-Nya karena betahnya kita berada di rumah-Nya membawa suka kepada tuan pemilik rumah. Kedelapan, meyakini kita ini merupakan tamu Allah dan yakin bahwa Allah tidak akan menelantarkan tamu-tamu-Nya itu.

Sebagai tamu Allah yang baik, insya Allah jamaah haji maupun umrah mendapat jaminan Allah yang menyenangkan sebagaimana sabda Nabi, “Orang yang mengerjakan haji dan orang yang mengerjakan umrah adalah tamu Allah Azza Wa Jalla dan para pengunjung-Nya. Jika meminta kepada-Nya, niscaya diberi-Nya. Jika mereka memohon ampun maka akan dikabulkan-Nya. Dan jika mereka meminta syafaat, niscaya mereka diberi syafaat.” (HR Ibnu Majah).

Selain itu,  mintalah kepada Allah dengan penuh kesungguhan, niscaya Allah akan mengabulkan. “Mintalah kalian kepada Allah dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah itu senang untuk diminta.” (HR Turmudzi).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement