Oleh: Zaky Al Hamzah, Makkah, Arab Saudi
REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pukul 09.30 waktu arab saudi (WAS), Jumat (3/10), 337 jamaah haji Kloter 18 Embarkasi Solo terlihat khusyuk melantunkan talbiyah di dalam tenda maktab saat di Padang Arafah. Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah….
Lantunan itu terdengar dari jarak sekitar 10 meter. Saya pun mendekat. Selain talbiyah, ratusan jamaah haji ini juga membacakan zikir selama menunggu khutbah Wukuf. Mereka berada di satu tenda berukura besar.
Ketua Kloter 18 Embarkasi Solo, Syamsuddin, menyatakan, anggota kloter sudah siap mengikuti tahapan Wukuf. "Alhamdulillah, semua anggota sudah siap semua," katanya, ditemui MCH saat ratusan anggota kloter ini sedang membacakan talbiyah. Tim Kesehatan Kloter 18 ini, M Thohar Arifin, menambahkan dua jamaah haji dari anggota kloter ini sempat dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI).
Namun kini sudah sehat dan sudah bisa bergabung dengan jamaah di Arafah serta siap mengikuti Wukuf. Rohmat menerangkan, dari 375 orang di kloter 18 ini, sebanyak 217 orang di antaranya merupakan jamaah risiko tinggi (risti), namun tetap bugar menjalani Wukuf.
Berjarak sekitar 20 meter dari tenda Kloter 18 ini, Sumadi (65 tahun), asal Kediri, Jawa Timur, terlihat duduk sambil berzikir. Dia juga mengakui sudah siap mengikuti Wukuf. Sembari menunggu waktu pelaksanaan Wukuf, jamaah ini duduk-duduk di bawah Pohon Sukarno sambil berzikir. "Alhamdulillah, sampai sekarang saya masih sehat dan sejak kedatangan di Arab Saudi hingga saat ini juga tak mengalami masalah kesehatan," katanya.
Selain ratusan jamaah haji Kloter 18 dan Sumadi, pagi itu, seluruh jamaah haji sudah berada di dalam tenda sambil menunggu waktu khutbah Wukuf. Mereka sudah diimbau oleh Satgas Armina untuk berada di dalam tenda mengikuti suhu udara semakin panas. Hingga pukul 10.00 WAS, suhu udara mencapai 42 derajat celcius.
Untungnya sebagian daerah di sekitar tenda banyak tumbuh pepohonan Sukarno. Sebagian pohon ini cukup rindang sehingga membuat jamaah haji merasa terlindungi. Di dekat tenda masing-masing juga tersedia toilet dan kamar mandi. Sarkum, jamaah haji asal Bengkulu, mengaku kebutuhan air untuk jamaah di kloter dia sangat mencukupi. Begitu juga dengan kebutuhan makanan dan minuman.
Tiga jam sebelumnya, atau selepas Shalat Shubuh, sekitar 500 jamaah hingga seribu jamaah haji mendapatkan sumbangan makanan dari perusahaan asal Arab Saudi, Al Qassam, berupa kardus minuman air putih, kardus minuman manis, serta roti. Paket makanan dan mimuman ini tidak dikoordinasi oleh Kemenag RI, namun merupakan sumbangan atau sedekah.
Di tempat lain, sejumlah jamaah lain mengerubuti penjual cincin dengan batu-baru nan indah. Sang penjual juga memasang tasbih berbagai ukuran, dan berbagai pernik-pernik khas Tanah Suci lainnya. Harga yang dipatok sekitar Rp 100 ribu jika dirupiahkan. "Harganya sekitar Rp 100 ribu untuk tiga tasbih," kata Ahmad, jamaah haji asal Ciamis, saat menawar ke pedagang.
Ahmad tertarik membeli tiga tasbih panjang warna cokelat tua dengan butiran cukup besar. Pedagang itu tak setuju dengan penawaran Ahmad. "La (tidak)," kata pedagang sembari mengurangi satu tasbih. Namun Ahmad tidak mau dan langsung pergi meninggalkan penjual pernik-pernik tersebut.
Selain Ahmad, jamaah haji Indonesia yang mengerumuni pedagang tasbih semakin banyak. Beberapa jamaah hanya melihat-lihat, jamaah lain berusaha menawar. Semakin siang, semakin banyak pedagang pernak-pernik di Arafah. Penjual itu tidak dilarang karena berjualan di pinggir jalan aspal di antara maktab jamaah haji Indonesia.
Di sisi lain, puluhan jamaah haji dihibur wisata unta, yakni foto bersama unta. Para jamaah haji tertarik melihat unta yang dihias bunga warna-warni tersebut. Unta itu tidak untuk dinaiki keliling seperti odong-odong. Tapi hanya disewakan untuk foto bersama hewan khas Arab Saudi itu.
Untuk berfoto bareng unta, para jamaah harus merogoh kocek 5 riyal atau sekitar Rp 17.000. Sekali foto dan langsung jadi. Foto Polaroid berukuran 5x5 cm pun siap dikantongi jamaah. Beberapa jamaah malah mendokumentasikan diri disamping unta, tanpa menaikinya. Jadi gratis, tidak perlu membayar.
Antrean jamaah yang hendak naik unta ini cukup panjang, tapi senyum terus tersungging dan sesekali tertawa melihat unta naik perlahan-lahan membuat jamaah yang naik di atasnya limbung. Padahal, Menag Lukman Hakim Saifuddin pernah memberikan imbauan larangan jamaah mendekati unta.
Advertisement