REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah
Selain ratusan jamaah haji Kloter 18 dan Sumadi, pagi itu, seluruh jamaah haji sudah berada di dalam tenda sambil menunggu waktu khutbah Wukuf. Mereka sudah diimbau oleh Satgas Armina untuk berada di dalam tenda mengikuti suhu udara semakin panas.
Hingga pukul 10.00 WAS, suhu udara mencapai 42 derajat celcius. Untungnya sebagian daerah di sekitar tenda banyak tumbuh pepohonan Sukarno. Sebagian pohon ini cukup rindang sehingga membuat jamaah haji merasa terlindungi.
Di dekat tenda masing-masing juga tersedia toilet dan kamar mandi. Sarkum, jamaah haji asal Bengkulu, mengaku kebutuhan air untuk jamaah di kloter dia sangat mencukupi. Begitu juga dengan kebutuhan makanan dan minuman.
Tiga jam sebelumnya, atau selepas Shalat Shubuh, sekitar 500 jamaah hingga seribu jamaah haji mendapatkan sumbangan makanan dari perusahaan asal Arab Saudi, Al Qassam, berupa kardus minuman air putih, kardus minuman manis, serta roti.
Paket makanan dan mimuman ini tidak dikoordinasi oleh Kemenag RI, namun merupakan sumbangan atau sedekah. Di tempat lain, sejumlah jamaah lain mengerubuti penjual cincin dengan batu-baru nan indah.
Sang penjual juga memasang tasbih berbagai ukuran, dan berbagai pernik-pernik khas Tanah Suci lainnya. Harga yang dipatok sekitar Rp 100 ribu jika dirupiahkan.
"Harganya sekitar Rp 100 ribu untuk tiga tasbih," kata Ahmad, jamaah haji asal Ciamis, saat menawar ke pedagang. Ahmad tertarik membeli tiga tasbih panjang warna cokelat tua dengan butiran cukup besar.
Pedagang itu tak setuju dengan penawaran Ahmad. "Laa (tidak)," kata pedagang sembari mengurangi satu tasbih. Namun Ahmad tidak mau dan langsung pergi meninggalkan penjual pernik-pernik tersebut.
Selain Ahmad, jamaah haji Indonesia yang mengerumuni pedagang tasbih semakin banyak. Beberapa jamaah hanya melihat-lihat, jamaah lain berusaha menawar.