Selasa 07 Oct 2014 02:29 WIB

Nikmatnya Bermalam di Mina Beratapkan Langit (1)

Tenda jamaah haji indonesia di Mina.
Foto: Republika/Zaky Al Hamzah/ca
Tenda jamaah haji indonesia di Mina.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pada saat kegiatan ibadah haji memasuki kegiatan menginap (mabit) dan melempar jumrah di Mina, banyak jamaah haji dari seluruh dunia yang tidur di alam terbuka, terutama di sekitar tempat melempar jumrah sehingga hampir tidak ada tempat tersisa, seperti yang terjadi pada Senin malam (5/10) waktu setempat.

Umumnya mereka menggelar tikar, karpet, sajadah atau bahkan hanya dengan kardus bekas tempat minuman. Namun ada pula yang membawa tenda kecil.  Untuk diketahui, mabit di Mina bisa dilakukan hanya dua hari namun jika ingin mengambil ibadah yang utama dilakukan tiga kali. Mabit pertama musim haji tahun ini dilakukan pada Sabtu (10 Zulhijah atau 4 OKtober).  Kegiatan mabit ini diikuti dengan melempar jumrah (biasanya keesokan harinya) sebagai tanda membuat sifat buruk jamaah haji.

Sebenarnya di Mina, pihak Arab Saudi menyediakan tenda-tenda namun diperuntukan bagi jamaah yang mempunyai izin resmi. Akibatnya jamaah haji yang tidak mempunyai izin terpaksa harus tidur di manapun. Namun banyak pula jamaah resmi ikut mabit di dekar jamarat  (tempat melempar jumrah) karena tenda mereka cukup jauh dari jamarat sehingga cukup lelah jika akan melontar jumrah.

Jamaah haji tidak mempunyai izin itu antara lain adalah warga Arab Saudi sendiri, pekerja dari luar negeri (termasuk tenaga kerja Indonesia), atau jamaah dari negara tetangga yang masuk tidak resmi. Warga Arab Saudi atau tenaga kerja dari luar negeri memang juga harus memiliki izin jika ingin berhaji.Dubes RI untuk Arab Saudi AM Fachir mengatakan bahwa Arab Saudi juga menerapkan kuota haji bagi warganya sendiri.

Mereka seringkali berhaji dalam rombongan atau bersama dengan anggota keluarganya. "Kami satu rombongan ada 60 orang," kata Aisyah, salah satu mukimim yang tinggal di Jeddah yang berhaji secara tidak mengantongi izin. Seluruh anggota rombongannya hanya menggelar alas seadanya saat mabit.

Ketika mabit, kegiatan yang dilakukan bermacam-macam, ada yang berzikir, membaca doa, membaca Alquran, atau sekadar ngobrol dan tidur-tiduran.

Namun untuk mabit di luar tenda memang perlu persiapan khusus. Karena jika mabit di tenda resmi, selain ada pendingin udara maka keperluan konsumsi sudah disiakpan oleh para pengurus. Air minum juga tersedia cukup banyak. Tetapi untuk toilet, walapun jumlahnya cukup banyak, banyak jamaah harus mengantri karena masih belum mencukupi.

Sementara jamaah yang menginap di luar tenda atau biasa disebut jamaah mandiri, harus menyiapkan segala sesuatunya sendiri. Untung saja di sekitar tempat menginap ada beberapa rumah makan cepat saji antara lain menjual donat, ayam cepat saji, dan lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement