REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Zaky Al Hamzah
MADINAH -- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi memastikan seluruh jamaah haji Indonesia gelombang kedua akan ditempatkan di pemondokan/hotel di area Markaziyah atau sekitar 650 meter dari Masjid Nabawi.
Hal ini untuk tidak mengulangi kejadian serupa yang dialami 17 ribu jamaah haji gelombang pertama yang menginap di hotel di luar Markaziyah dengan fasilitas seadanya bahkan tak memadai.
Penempatan jamaah haji di hotel di luar Markaziyah saat itu akibat tindakan ingkar janji (wanprestasi) sembilan Majmuah (pemilik hotel).
Ketua PPIH Indonesia di Arab Saudi, Ahmad Jauhari Chariri, menekankan pihaknya sudah berupaya melakukan perbaikan akomodasi bagi jamaah haji selama di Kota Madinah.
"Mudah-mudahan tidak seperti 20 persen jamaah haji gelombang pertama yang ditempatkan di hotel di luar Markaziah. Insya Allah, seluruh jamaah haji gelombang dua akan ditempatkan di area Markaziyah," kata Ahmad Jauhari di Kantor Misi Haji Indonesia Daker Madinah, Selasa (7/10).
Saat itu, jumlah jamaah haji gelombang pertama berjumlah 50 ribu orang. Sebanyak 17 ribu orang di antaranya bermalam di hotel di luar Markaziyah. Jarak terjauh pemondokan ini dengan Masjid Nabawai adalah tiga kilometer.
Akibatnya, para jamaah harus berjalan kaki cukup jauh dari pemondokan, sementara bus yang disediakan pihak Majmuah tak menjangkau semua pemondokan dan jumlahnya terbatas sekali. Padahal, jamaah harus menyelesaikan shalat arbain atau shalat wajib selama 40 waktu di Masjid Nabawi.
Data PPIH Indonesia untuk Arab Saudi, jumlah Majmuah yang wanprestasi sebanyak sembilan orang, sedangkan satu Majmuah tetap memenuhi kontraknya.
Kesembilan dari 10 Majmuah tersebut adalah Ilyas, Makarim, Sattah, Mubarok, Andalus, Sais Makki, Manazil Mukhtaro, Manazili, dan Mawaddah. Sedangkan Majmuah yang menepati janji adalah Zuhdi.
Ahmad Jauhari menambahkan penempatan jamaah haji gelombang kedua di dalam area Markaziyah menjadi sangat penting karena mayoritas jamaah haji Indonesia masuk kategori risiko tinggi (risti).
Tentu saja jamaah haji yang sudah tua dan sakit-sakitan akan sulit menunaikan Shalat Arbain di Masjid Nabawi. "Sebanyak 90 ribu atau lebih dari 60 persen dari total jamaah haji Indonesia (sekitar 168 ribu orang, red) masuk kategori risti," kata dia.