Oleh: Neni Ridarineni
Zubaidah (70 tahun), jamaah haji dari Surabaya menderita kanker payudara stadium lanjut. Sejak berangkat dari Tanah Air, payudaranya sudah luka dan diperban. Sedihnya lagi, ia berangkat ke Tanah Suci seorang diri, tanpa pendamping.
Selama dalam perjalanan ke Tanah Suci, lukanya semakin melebar dan tak ada yang membantu merawatnya. Akhirnya, sesampai di Makkah, dia pun merasa sangat kesakitan. Sejak sebelum menjalani proses ibadah haji hingga saat ini, ia masih dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Makkah.
Zubaidah sebetulnya termasuk tidak istitha'ah untuk melaksanakan ibadah haji dari segi fisik dan kesehatan. Tak hanya Zubaidah, jamaah lain yang menderita penyakit lain dan sudah lanjut usia juga cukup banyak.
Menurut Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah Muhammad Ilyas SpPD tahun ini jumlah jamaah haji yang berusia 80-90 tahun cukup banyak dan mereka sudah menderita berbagai penyakit sejak dari Tanah Air.
Terkait hal ini, anggota Amirul Hajj Yunahar Ilyas mengatakan, istitha'ah itu mampu secara fisik untuk melaksanakan ibadah haji. Dari segi kesehatan tidak ada penyakit yang membahayakan jiwanya selama menjalankan ibadah haji, mampu dari segi keuangan selama berhaji dan untuk keluarga yang ditinggalkan.
''Jadi, kalau itu semua bisa dipenuhi baru seseorang itu istitha'ah dan istitha'ah itu wajib bagi yang akan melaksanakan ibadah haji. Sebetulnya, kalau orang punya penyakit kanker dan kondisinya sudah harus dirawat, tidak wajib berhaji,'' ujar Dosen Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Jika seorang jamaah haji dari sisi kesehatan berisiko tinggi, misalnya, menderita penyakit, seperti hipertensi, jantung, diabetes mellitus, menurut Yunahar, harus ada keluarga atau tetangga yang siap mendampinginya. Kalau dia berangkat haji sendiri, tanpa keluarga yang mendampinginya, bisa merepotkan orang lain.