Rabu 15 Oct 2014 08:52 WIB

Sejarah Kota Jeddah (1)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Satu sudut Kota Jeddah, Arab Saudi.
Foto: Wn.com/ca
Satu sudut Kota Jeddah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Jeddah berasal dari bahasa Arab “Jaddah” atau “Juddah” yang berarti nenek. Konon, nama ini dihubungkan dengan suatu klaim bahwa nenek moyang manusia, Hawa, dikuburkan di daerah ini.

Oleh sebab itu, kota Jeddah ini menjadi salah satu tempat ziarah yang bisa dikunjungi oleh setiap wisatawan atau jamaah haji dan umrah.

Kota Jeddah adalah sebuah kota metropolitan di Arab Saudi. Secara geografis kota ini terletak di sebelah pantai timur Laut Merah pada 309 garis BT dan antara 21-289 garis LU, persisnya di daratan rendah pinggir Laut Merah, ±75 Km dari Kota Suci Makkah.

Ikhwan dan Abdul Halim dalam Ensiklopedi Haji dan Umrah menyebutkan, kota ini memiliki dua iklim cuaca, yaitu musim panas dan musim dingin. Musim panas terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September dengan suhu 35-42 Celcius dan musim dingin terjadi pada bulan November sampai dengan Februari dengan suhu 10-25 Celcius.

Berdasarkan sensus penduduk tahun lalu, ditemukan bahwa penduduk Kota Jeddah telah mencapai 1,5 juta jiwa. Penduduk kota ini cukup heterogen, karena di dalamnya terdapat berbagai macam suku bangsa di dunia, seperti Arab, Persia, Indonesia, India, Negro, bangsa-bangsa Eropa dan lain-Iain. Kota yang luasnya ± 3.500 kilometer persegi ini tampak padat dan marak dengan kehidupan yang hingar bingar.

Dalam sejarah, daerah Jeddah ini pada awalnya digunakan oleh suku Qudha’ah untuk beristirahat usai berburu ikan. Lambat laun akhirnya mereka jadikan sebagai perkampungan mereka dan selanjutnya mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Ahmad Al-Santanawy dalam kitab Dairah Al-Ma’arif Al-lslamiyah menyebutkan, bahwa sejak tahun 648 M kota ini menjadi kota pelabuhan bagi Makkah dan sekitarnya, yaitu sejak diresmikan oleh Utsman bin Affan (Khalifah Rasyidah ke-3) pada masa pemerintahannya.

Dan sejak itu pula, kota ini semakin maju dan memberikan kontribusi sangat besar bagi setiap golongan yang menguasainya, terutama bagi perkembangan perekonomian bangsa Arab dan umat Islam.

Sebelum pusat kekuasaan Islam pindah ke Damsyiq (Damaskus) dan Baghdad, Kota Jeddah menjadi sangat penting bagi kekuasaan Islam saat itu. Demikian pentingnya kota tersebut, oleh Nasir Khasrow, seorang penulis Persia yang pernah mengunjungi kota ini pada tahun 1050, disebut sebagai kota yang kuat, yang dikelilingi oleh benteng-benteng yang kokoh.

“Penduduknya mencapai 5.000 jiwa. Di kota tersebut belum terdapat tumbuh-tumbuhan, sehingga semua kebutuhannya didatangkan dari luar,” jelas Khasrow.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement