REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Cukup banyak peziarah yang datang ke Jabal Uhud. Hampir semua orang memenuhi Jabal Uhud yang lokasinya berbukit-bukit dengan ketinggian sekitar 20 meter.
Di bawah Jabal Uhud banyak pedagang yang berjualan aneka macam barang, mulai dari aneka rempah-rempah, jeruk nipis, rumput fatimah, kerudung, pecil, minyak wangi, tasbih, aneka macam asesoris sampai es krim yang dijajakan menggunakan mobil.
Seperti halnya di Jabal Rahmah, di Jabal Uhud juga banyak tukang photo yang menawarkan jamaah haji untuk diphotonya. Namun di Jabal Uhud tukang photo lebih ramah, tidak memaksa jamaah haji yang tidak mau diphoto seperti yang terjadi di Jabal Nur atau Jabal Rahmah.
''Penjual maupun tukang foto di sini orangnya lebih ramah karena merupakan penduduk asli Madinah, kalau tukang photo di Jabal Nur merupakan pendatang dari luar seperti Sudan dan sebagainya,''kata Mukimin Syaefulllah. Para pedagang pun tak banyak yang memaksa pembeli.
Pedagang asli Madinah orangnya lebih pendiam, mereka duduk saja di depan barang dagangannya. Mereka baru beranjak bila ada jamaah haji/pembeli yang menghampiri dagangannya. Sehingga saat berjalan-jalan di sekitar Jabal Uhud lebih leluasa dan santai karena tak begitu terganggu oleh para penjual.
Sebagaimana yang tertulis di buku Sejarah Madinah karya Dr Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Jabal Uhud letaknya di dalam batas tanah Madinah sebelah utara yang membentang dari timur hingga barat dengan panjang sekitar 4,4 - 7 kilometer dan lebar 1-3 kilometer dan kililing sekitar 19 kilometer.Apabila menuju ke tempat tersebut melalui Jalan Malik Fahd ibn Abdul Aziz dari Masjid Nabawi.
Jarak Jabal Uhud dari Masjid Nabawi sekitar empat kilometer. Dulu sebelum Pemerintah Saudi membangun jalan baru, Jabal Uhud ini selalu dilewati jamaah yang masuk ke Madinah maupun menuju Makkah karena letaknya di pinggir jalan raya lama kedua kota ini.
Nama Uhud akan senantiasa dikenang oleh umat Islam karena di lembah gunung ini pernah terjadi peperangan besar antara umat Islam dengan kaum musyrikin pada 15 Syawal 3 H (Maret 625). Perang tersebut dikenal sebagai Perang Uhud karena golongan musyrikin mencoba membalas kekalahan mereka dalam Perang Badar, lalu memancing amarah penduduk Madinah dengan menduduki ladang gandum Islam di Jabal Uhud.
Dalam peperangan ini kaum Muslimin sesuai dengan strategi Rasulullah, mengambil posisi di atas Jabal Uhud dan memerintahkan melakukan serangan-serangan bila pasukan musuh mulai menyerbu. Nabi menunjuk 50 pemanah untuk membantu pertahanan dan penyerangan dari atas bukit.
Di dalam buku pintar Haji dan Umroh disebutkan sebetulnya dalam peperangan yang dasyat ini umat Islam menang , tetapi dipukul balik oleh kaum musyrikin (tentara Quraisy) karena pasukan pemanah terpancing oleh umpan musuh yang menyebarkan uang dan perhiasan sehingga menimbulkan nafsu pasukan pemanah turun untuk merebutnya.
Sementara pasukan Quraisy segera merebut posisi di atas bukit dan dari situ segera menyerang kaum Muslimin yang sedang "mabuk harta". Pada saat itu meninggal 70 Syuhada termasuk paman Nabi Muhammad saw, Hamzah. Para syuhada dimakamkan di satu komplek dengan Jabal Uhud.
Makam ini hanya ditandai batu-batu.Kecintaan Rasulullah kepada syuhada Uhud terutama Hamzah mendorong Rasulullah melakukan ziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. Jejak Beliau diikuti oleh beberapa khafilah sesudah Rasul wafat. Sehingga Jabal Ubud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi oleh jamaa haji.