Ahad 19 Oct 2014 20:53 WIB

Ini Catatan Evaluasi Layanan Haji Saat Wukuf

Jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.
Foto: Antara/Zarqoni Maksum/ca
Jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.

Oleh: Zaky Al Hamzah, Jeddah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH --  Selain menyoroti masalah pondokan jemaah haji di Madinah dan Mekah, Itjen Kemenag juga memberi catatan pada kualitas layanan bagi jamaah haji saat wukuf di Padang Arafah, Jumat (3/10). Tim Itjen menemukan sejumlah catatan: yakni jamaah haji tinggal di tenda seadanya, tanpa penyejuk udara. Padahal saat itu cuaca sangat ekstrem, sekitar 43-45 derajat celcius.

Arafah juga perlu direformasi. Misal dengan peningkatan kualitas pelayanan, ya tenda dan isinya. Ketebalan karpet diupayakan agak lebih tebal, agar jamaah haji tidak kedinginan. "Sediakan pula Kulkas dan AC di dalam tenda, tentu akan lebih bagus lagi," kata Irjen Kemenag, M Jasin.

Dalam rapat itu, Irjen memaparkan sejumlah permasalahan yang terpantau di lapangan, berikut sejumlah rekomendasi yang harus dilaksanakan oleh Ditjen PHU Kemenag RI, untuk pelaksanaan ibadah haji tahun depan.

Jasin menjabarkan peningkatan kualitas layanan membawa konsekuensi tersendiri, yakni adanya tambahan biaya. Untuk itu upaya yang akan dilakukan adalah membuat Peraturan Menteri Agama (Permenag) bahwa peningkatan kualitas layanan ini tidak redenden atau tumpang tindih dengan general service yang dibayarkan pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, yakni sebesar 1.029 riyal per jamaah.

General service  sebesar itu berlaku untuk semua negara di kawasan Asia Tenggara. Selain untuk biaya transportasi,  general service itu juga untuk sewa tenda karpet dan lokasi saat wukuf di Arafah.

"Kita ingin walau tempat tinggal hanya sehari semalam di Arafah, tapi mutunya harus bagus. Istilahnya bisa menyesuaikan dengan cuaca. Kalau cuaca ekstrem nggak ada AC, nggak ada kipas, kan kasihan jamaah. Mereka membutuhkan tempat nyaman agar khusyuk berdoa. Karena itu harus ada reformasi berkaitan dengan kualitas layanan di Arafah," terang mantan komisioner di KPK ini.

Jasin menambahkan, payung hukum untuk tambahan biaya penyewaan karpet, AC, kulkas, dan dispenser diharapkan segera dibuat agar jemaah bisa nyaman berada di tenda. Menurutnya, situasi di Arafah kemarin adalah sangat berpengaruh pada kesehatan, sebab cuacanya ekstrem dan banyak tendanya yang bolong, dan hambal (karpet) yang lusuh. "Alangkah bagusnya, tempat bagus, nyaman ibadahnya, malam bisa baca Alquran karena ada penerangan," kata dia.

Dalam pelaksanaan wukuf di Arafah, puluhan jamaah haji terutama berusia lanjut dan kelompok jamaah berisiko tinggi (risti) bertumbangan sakit dan bahkan meninggal dunia, akibat cuaca ekstrem. Jamaah yang sakit dilarikan ke BPHI Arafah usai khotbah wukuf dan Shalat Dzuhur. Jumlahnya lebih dari 80 orang. Sementara yang meninggal dunia tercatat empat orang. Pascaibadah di Arafah, Muzdalifah dan Mina, jamaah haji yang wafat terus bertambah.

Data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) per Pukul 12.30 waktu arab saudi (WAS), Ahad (19/10) menyebutkan jumlah jamaah yang wafat mencapai 231 orang. Rinciannya jamaah haji reguler sebanyak 216 orang dan jamaah haji khusus (15 orang). Sedangkan, jamaah haji yang masih menjalani perawatan sebanyak 224, terdiri sebanyak 157 jamaah dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) dan sebanyak 67 dirawat di RS Arab Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement