Senin 20 Oct 2014 10:57 WIB

KPHI Desak Pemerintah Soal Renovasi Madinatul Hujjaj

Jamaah haji di Kota Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Natalia Endah Hapsari/ca
Jamaah haji di Kota Madinah, Arab Saudi.

Oleh: Zaky Al Hamzah

JEDDAH – Komisi Pengawasan Haji Indonesia (KPHI) menyarankan penggunaan kembali bangunan Madinatul Hujjaj (asrama transit) di Jeddah, Arab Saudi. Tujuannya, bangunan tersebut sangat representatif dalam pelayanan jamaah haji Indonesia di Tanah Suci.

"Karena bangunan ini (Madinatul Hujjaj) terintegrasi (terpadu). Ada pemondokan, balai pengobatan (Balai Pengobatan Haji Indonesia/BPHI), ruang kargo maskapai, bisa untuk administrasi dan sebagainya," ujar Ketua KPHI Slamet Effendy Yusuf bersama rombongan saat melakukan sidak ke ruangan sektor dan kantor Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Jeddah di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah.

Selama sembilan tahun terakhir, PPIH Daker Jeddah menyewa beberapa hotel untuk transit jamaah haji Indonesia yang tiba dari Madinah dan hendak pulang ke Indonesia melalui Bandara Jeddah.

Karena itu, kata Slamet, KPHI menganjurkan kepada Pemerintah Indonesia untuk bisa mencari kepastian kepada Pemerintah Kerajaan Arab Saudi terkait jaminan renovasi bangunan ini dengan masa penggunaan bangunan.

"Kalau ada jaminan dari pemerintah setempat, maka Kemenag atau Pemerintah Indonesia segera menentukan perusahaan yang siap merenovasi bangunan ini. Apalagi, nadzir wakaf sudah ada," kata Slamet yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.

Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud dan tujuan wakaf tersebut. Slamet beralasan, penggunaan kembali bangunan tersebut karena mempertimbangkan sejumlah hal. Yakni, keterpaduan pengurusan pelayanan jamaah haji Indonesia selama masa transit di Kota Jeddah.

Apalagi, bila biaya sewa kamar di Madinatul Hujjaj sama atau mendekati ongkos sewa kamar di hotel-hotel yang selama ini disewa PPIH Daker Jeddah. "Kalau jamaah tinggal di hotel di Jeddah, maka kekurangannya membuat koordinasi sulit, karena berjauhan antara hotel, BPHI, dan bandara. Tapi, kalau menggunakan Madinatul Hujjaj, maka semuanya terintegrasi," tuturnya.

Data PPIH Indonesia di Arab Saudi, jumlah jamaah haji yang transit semalam di Jeddah sebelum pulang ke Tanah Air melalui Bandara Jeddah adalah sebanyak 33 ribu orang. Semua jamaah ini transit semalam di Jeddah setelah menjalani ibadah Shalat Arbain (40 waktu berurutan) di Masjid Nabawi, Madinah.

Pantauan Republika, secara fisik, bangunan Madinatul Hujjaj tak terlalu buruk. Kontruksi utama bangunan tersebut masih ada di tengah kota Jeddah. Saat masih dioperasikan, bangunan ini dapat menampung sekitar 20 ribu jamaah haji Indonesia. Jarak bangunan ini dengan Bandara Jeddah sekitar 30 km atau 1,5 jam perjalanan menggunakan bus.

Di dalam bangunan ini terdapat Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Daker Jeddah untuk perawatan dan pengobatan jamaah haji yang sakit atau menjalani kontrol. BPHI Daker Jeddah ini dipimpin Kasie Kesehatan PPIH Daker Jeddah dr Lucky Tjahjono. Jamaah haji yang dirawat di BPHI ini merupakan jamaah yang sempat dirawat di Klinik Kesehatan di Bandara Jeddah atau disebut Oktagon, namun membutuhkan rujukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement