Kamis 30 Oct 2014 19:10 WIB

Sejarah Masjid Jin (4-habis)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Jamaah haji keluar dari Masjid Jin seusai menunaikan shalat Zhuhur berjamaah.
Foto: Republika/Heri Ruslan/ca
Jamaah haji keluar dari Masjid Jin seusai menunaikan shalat Zhuhur berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, Ketidakmampuan manusia melihat jin dan kemampuan jin melihat manusia adalah karena berbedanya unsur kejadian manusia dan jin. Manusia adalah makhluk kasar, sedangkan jin adalah makhluk halus. Sesuatu yang halus dapat melihat yang kasar, tidak sebaliknya.

Sementara itu ada pula ulama yang menyatakan kemungkinan jin dapat dilihat oleh manusia. Allah dapat saja memberikan kemampuan istimewa kepada orang tertentu, sehingga mampu melihat makhluk halus.

Firman Allah dalam surah al-A’raf ayat 27 di atas tidak menafikan kemampuan melihat jin secara mutlak. Ayat itu hanya mengatakan bahwa manusia tidak dapat melihat jin pada suatu tempat, atau suatu keadaan, atau suatu waktu ketika jin melihat manusia. Namun, selain itu tidak tertutup kemungkinan manusia dapat melihat jin.

Ulama lain berpendapat bahwa jin hanya dapat dilihat oleh para nabi atau hanya pada masa kenabian. Ketika itu, Allah mengubah mereka menjadi makhluk kasar. Sekarang tidak bisa lagi.

Kedua pendapat yang terakhir, menurut Quraish Shihab, terkesan seperti dibuat-buat. Pendapat lain yang agaknya bisa diterima adalah bahwa jin dapat dilihat manusia jika jin berubah mengambil bentuk makhluk yang dapat dilihat manusia. Hal ini tidak terbatas bagi orang atau waktu tertentu, tetapi bisa terjadi pada siapa pun dan kapanpun jika kondisi memungkinkan.

Dalam hal pembebanan tanggungjawab melaksanakan ajaran-ajaran agama, terdapat kesamaan antara manusia dan jin. Manusia dan jin sama-sama dibebani oleh Allah SWT dengan seperangkat perintah dan larangan yang terangkum dalam ajaran agama yang disampaikan oleh para rasul-Nya.

Allah berfirman dalam surah adz-Dzariyat ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Pada surah al-An’am ayat 130 Allah berfirman, “Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepada terhadap pertemuanmu dengan hari ini?”

Dalam menerima dan menjalankan ajaran agama tersebut, sebagaimana manusia, kalangan jin berbeda-beda sikap. Ada yang beriman, ada pula yang kafir. Ada yang taat, ada pula yang ingkar. Dalam surah al-Jin ayat 11,13, dan 14 terdapat informasi dari kalangan jin sendiri tentang keadaan jin yang demikian.

“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka jahannam.”

Bangsa jin sebagaimana yang dijelaskan di ataslah yang bertemu dengan Rasulullah SAW di kampung Ma’la di dekat daerah Tihamah. Untuk mengabadikan peristiwa unik dan penting tersebut, dibangun sebuah masjid berukuran sedang yang dikenal dengan nama Masjid Jin.

sumber : Ensiklopedi Haji dan Umrah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement