Jumat 07 Nov 2014 16:17 WIB

Keutamaan Arafah (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Jamaah saat melaksanakan wukuf di Arafah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Yogi Ardhi/ca
Jamaah saat melaksanakan wukuf di Arafah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Usamah RA berkata, “Aku membonceng Nabi SAW ketika matahari terbenam, beliau bertolak (dari Arafah), seraya bersabda, ‘Tenanglah wahai manusia.” (HR. Abu Daud: 11/191).

Diceritakan dari Muhammad bin Ishak, ketika Ibrahim (kekasih Allah) telah menyelesaikan pembangunan Baitul Haram, Jibril AS mendatanginya dan berkata, “Thawaflah di sekelilingnya sebanyak tujuh kali putaran.”

Maka dia bersama-sama Ismail melakukan thawaf di sekelilingnya sebanyak tujuh kali putaran. Keduanya menyentuh seluruh rukun (sudut Ka’bah) dalam setiap kali putaran. Setelah menyempurnakan tujuh kali putaran, mereka mengerjakan shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim.

Kemudian Jibril bangkit bersama Ibrahim, lalu dia memperlihatkan manasik haji secara keseluruhan; Shafa, Marwah, Mina, Muzdalifah, dan Arafah. Ketika dia memasuki Mina dan turun dari Aqabah, mendadak iblis menampakkan dirinya di sisi Jumrah Aqabah. Lalu Jibril berkata kepadanya, “Lemparilah dia!” Ibrahim pun melemparinya dengan tujuh butir kerikil, maka iblis menghilang darinya.

Kemudian iblis itu muncul kembali pada Jumrah Wustha, dan Jibril berkata kepadanya, “Lemparilah dia!” Lalu Ibrahim pun melemparinya dengan tujuh butir kerikil, maka iblis menghilang darinya.

Kemudian iblis itu muncul kembali pada Jumrah Ula, dan Jibril berkata kepadanya, “Lemparilah dia!” Ibrahim pun melemparinya dengan tujuh butir kerikil seperti semula. Maka iblis pun menghilang darinya, kemudian Ibrahim melanjutkan ibadah hajinya.

Jibril menghentikan Ibrahim di atas Arafah (tempat wukuf) dan mengajarinya manasik haji sehingga berakhir di Arafah. Ketika Ibrahim telah sampai di Arafah, Jibril berkata kepadanya, “Sudahkah engkau mengerti akan manasik hajimu?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Dengan demikian, tempat itu disebut Arafah, diambil dari ucapan Jibril, Arafta (sudahkah engkau mengerti?). (Al-Azraqy: 1/66-67).

Thariq bin Syihab mengatakan bahwa seorang Yahudi pernah berkata kepada Umar, “Seandainya ayat, Al-yauma akmaltu lakum dinakum (QS. Al-Maidah: 2) diturunkan kepada kami, niscaya kami akan menjadikannya sebagai Id (hari raya).”

Umar berkata, “Sungguh, aku mengetahui hari di mana ayat itu diturunkan, dan juga malam di mana ayat itu diturunkan, yaitu malam Jumat, ketika kami bersama Rasulullah SAW tengah berada di Arafah.” (Sunan Nasa’i: V/251).

sumber : Keutamaan Kota Makkah oleh Atiq bin Ghaits Al-Biladi
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement