REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Kondisi di Tanah Suci Makkah dan Madinah, Arab Saudi, kini memasuki musim panas. Menghadapi musim panas yang akan mencapai puncaknya pada Agustus mendatang, jamaah umrah diminta mengantisipasi agar tidak terganggu saat menjalankan ibadah.
Ketua Umum Kesatuan Tour Travel Haji Umrah Republik Indonesia (Kesthuri) Asrul Aziz Taba mengatakan musim panas di Tanah Suci biasanya dimulai pada Februari hingga Agustus. Saat musim panas, suhu udara mencapai di atas 40 derajat celcius pada siang hari. Kondisi ini harus diantisipasi jamaah agar tetap fit saat menjalankan ibadah umrah.
"Cuaca makin panas, apalagi mulai bulan Juni nanti," kata Asrul di Makkah, Arab Saudi, Senin (4/5), seperti dilaporkan wartawan Republika, Subroto.
Asrul mengatakan biasanya pihak travel sudah mengingatkan agar jamaah mempersiapkan diri sebelum berangkat dan selama berada di Tanah Suci. Hanya saja jamaah umrah perlu terus diingatkan agar tetap mewaspadai udara panas.
Hal yang perlu diperhatikan jamaah antara lain tidak banyak melakukan kegiatan di luar ruang yang tidak perlu. Terutama pada siang hari saat udara sangat panas. "Untuk kegiatan umrah, tawaf dan sai sebaiknya dilakukan pada malam hari," saran Asrul.
Asrul juga menyarankan agar jamaah meletakkan sandal di dekatnya pada saat berada di masjid. Ini untuk menghindarkan sandal hilang dan jamaah bertelanjang kaki saat pulang dari masjid. "Berjalan dengan kaki telanjang di udara yang panas bisa mengkibatkan kaki melepuh," ujarnya.
Jamaah juga diingatkan agar menjaga pola makan dan minum agar tetap sehat. Soal minum itu menurutnya tidak boleh dianggap enteng. "Jika air kecing berwarna kuning saat buang air, itu berarti kurang minum," jelas Asrul.
Bagi jamaahnya yang memiliki kulit sensitif disrankan untuk membawa krim wajah. Ini agar kulit tidak terbakar sinar matahari saat menjalankan ibadah siang hari.
Selalin cuaca yang panas, kondisi Masjidil Haram saat ini juga sangat padat. Hal itu karena selain jumlah jamaah umrah yang
banyak, Masjidil Haram sedang dalam renovasi.
Sejumlah lokasi di dalam masjid ditutup dalam rangka renovasi perluasan. Alat-alat berat dikerahkan untuk proyek perluasan yang
diperkirakan rampung tahun 2016 itu.
"Kondisi Masjidil Haram saat ini memang sangat padat. Karena itu jamaah agar menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi agar
ibadah tetap lancar," katanya.