REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta agar jamaah haji Indonesia tidak lagi ditempatkan pada wilayah perluasan Mina pada saat prosesi Mabit (bermalam) di Mina. Kendati demikian, Pemerintah Arab Saudi tidak dapat memenuhi permintaan tersebut.
“Terhadap permintaan agar tak lagi ada jamaah kita yang ditempatkan di Perluasan Mina, karena jauhnya jarak ke Jamarat, Menteri Haji sulit memenuhinya,” kata Menag pada siaran pers yang diterima Republika, Selasa (14/7).
Lukman menyampaikan permintaan tersebut karena jarak areal perluasan Mina yang terlalu jauh dari Jamarat. Kendati demikian, Menteri Haji Arab Saudi Bandar Muhammad Hajar beralasan kapasitas Mina tidak mampu menampung seluruh jamaah haji.
Kapasitas Mina hanya 1.450.000 orang, sementara jamaah dunia mencapai lebih dari 2 juta. Karena itu, Pemerintah Arab Saudi menyatakan penempatan di wilayah Perluasan Mina tidak terelakkan.
Sekitar 18 ribu jamaah haji asal Indonesia atau enam maktab akan ditempatkan di area perluasan Mina. Kendati demikian, Lukman tetap mengupayakan layanan terbaik bagi jamaah yang ditempatkan di perluasan Mina.
"Karena tidak terhindarkan, Saya meminta agar Muassasah menyediakan bus untuk mengangkut jamaah ke dan dari Jamarat. Permintaan tersebut benar-benar akan diperhatikan,” kata Lukman.
Dalam kesempatan pertemuan itu, Menag melanjutkan, dia juga meyakinkan Pemerintah Arab Saudi 50 persen jamaah haji Indonesia bisa mendarat di Jeddah, sedangkan 50 persen lainnya di Madinah. Menurut Lukman, Pemerintah Arab Saudi semula hanya bisa menolerir pendaratan jamaah di Madinah maksimal 40 persen dari total jamaah Indonesia.
"Dengan begitu nantinya separuh dari jamaah kita akan bisa langsung mendarat di Madinah, dan separuh lainnya di Jeddah. Demikian pula kepulangannya ke Tanah Air, masing-masing bisa langsung bertolak dari Madinah dan Jeddah,” ujar dia.