Kamis 20 Aug 2015 05:41 WIB

Doa di dalam Hijir Ismail dan Memeluk Kabah

Ritual Tawaf yang dilakukan jamaah haji atau umrah dengan mengelilingi Kabah tujuh kali.
Foto: Republika/Erik PP
Ritual Tawaf yang dilakukan jamaah haji atau umrah dengan mengelilingi Kabah tujuh kali.

Oleh: EH Ismail, Wartawan Republika

 

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Sebanyak 319 petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tiba di bandara King Abdul Azis Jeddah, Arab Saudi, pada Senin (17/8) pukul 22.00 waktu setempat. Setelah melalui proses imigrasi, klaim bagasi, dan berihram yang memakan waktu lima jam, para petugas yang akan melayani jamaah haji Indonesia tahun ini tersebut bertolak ke Hotel Arkan Baqqah di daerah Mahbas al-Jin, Makkah Al-Mukarromah.

Sesampainya di hotel, para petugas merapihkan barang bawaan ke dalam kamar hotel yang dijadikan tempat transit tersebut. Sekitar pukul 07.00 waktu Makkah, para petugas kemudian berbondong-bondong menuju Masjidil Haram guna menjalani proses umrah quddum atau umrah kedatangan.

Saya termasuk ke dalam rombongan terakhir yang menuju Kabah bersama kawan-kawan yang tergabung dalam petugas Media Center Haji (MCH). Rasa dag-dig-dug bercampur kebahagiaan dan kecemasan menari-nari di kepala saya dalam perjalanan menuju Baitullah.

Maklum, ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Tanah Suci. Dan, tetunya, melihat kabah adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya. Setelah menyempatkan diri berfoto bersama burung-burung merpati di halaman Masjidil Haram dekat Tower Zamzam dan meminum air zam-zam, saya dan rekan-rekan masuk ke Masjidil Haram melalui pintu King Abdul Azis.

Berjalan lurus di atas lantai yang terasa sejuk, tak lama saya sudah bisa melihat bangunan kabah berselimut kiswah hitam yang berdiri kokoh di antara arus jamaah yang sedang thawaf. Hati saya makin berdegup kencang.

“Ya Allah, subhanalah. Subhanalah. Allahumma antas salam, wa minka salam, wa hayyina rabbana bis salam. Allahumma antas salam, wa minka salam, wa hayyina rabbana bis salam. Allahumma antas salam, wa minka salam, wa hayyina rabbana bis salam.”

Saya terus mengulang doa-doa itu tak memalingkan sedikit pun pandangan saya ke rumah Allah. Rekan-rekan saya pun saya dengar mendesiskan kalimat yang sama.

Kami pun menuruni anak tangga menuju mathaf (tempat tawaf) yang berada di lingkaran terdekat kabah. Ribuan jamaah sudah membuat gelombang mengitari rumah suci pusat peribadatan Muslim se-dunia tersebut. Setelah melakukan shalat sunat dua rakaat, saya langsung menuju Hijir Ismail.

Ratusan jamaah dari berbagai dunia sudah berkerumun dan berebut masuk ke dalam bangunan terbuka yang berbentuk setengah lingkaran tersebut. Dulunya, Hijir Ismail adalah tempat berteduh yang dibangun Nabi Ibrahim AS yang terbuat dari pohon arok tepat di samping kabah.

Bangunan inilah yang ditempati oleh Nabi Ismail AS dan ibunya Siti Hajar. Shalat di tempat ini, sama halnya dengan shalat di dalam kabah. Karenanya, ini adalah salah satu tempat dikabulkannya doa. Dalam kondisi berdesak-desakan dan saling berebut masuk, saya Alhamdulilah tanpa kesulitan bisa masuk ke dalam Hijr Ismail dan memperoleh tempat tepat di tengah-tengah baris pertama di hadapan kabah.

Tiada penghalang antara diri saya dan bangunan kabah. Saya melihat hanya saya yang berhasil masuk ke dalam Hijir Ismail pada waktu itu. Rekan-rekan yang lain saya lihat tertinggal di luar. Masih di kerumunan yang menyemut di pintu masuk Hijir Ismail.

Tanpa buang waktu, saya langsung menunaikan shalat sunah dua rakaat karena saya lihat para askar yang berjaga di dalam tidak memberikan kesempatan bagi jamaah berlama-lama di dalam sana. Saya yakin itu untuk kepentingan memberikan kesempatan kepada jamaah lain yang masih berada di luar. Pada sujud terakhir shalat sunah saya, saya berdoa agar bisa berlama-lama di sana. Usai shalat, saya pun berdoa.

Semua doa yang saya hafal, semua doa yang saya ingat, semua doa yang dititipkan istri saya, dan semua doa yang dipesankan rekan-rekan dan kenalan di Tanah Air, saya munajatkan di hadapan kabah. Saya juga memohon agar mereka yang belum diberi keturunan bisa mendapatkan amanah mempunyai generasi yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Generasi yang mampu menegakkan Islam di muka bumi ini. Generasi penghafal Alquran.

Kemudian, munajat saya panjatkan juga untuk mereka yang sedang berikhtiar mencari jodoh agar dimudahkan dan diterangkan jalannya. Dihadirkan pasangan yang terbaik yang bisa menjadi penyempurna agama masing-masing.

Selanjutnya, saya meminta ampun atas dosa-dosa saya, istri saya, anak-anak saya, orang tua dan mertua saya, kakak-adik saya dan istri, semua keluarga para kenalan, serta memohonkan siapa-siapa yang dalam kesakitan agar disembuhkan. Tak terasa, air mata menetes deras. Saya bahkan tak ingat kapan terakhir kali saya meneteskan air mata. Namun, kali itu, air mata tak mampu saya tahan lagi.

Di penghujung doa, saya mohon kepada Allah agar bisa berlama-lama di dalam Hijir Ismail dan diijinkan mencium hajar aswad. Usai membasuh wajah dengan kedua tangan, saya melihat para askar “mengusir” jamaah di kanan-kiri saya yang sudah selesai melakukan shalat sunah dan berdoa.

Namun, askar membiarkan saya berada di situ. Saya tidak “diusir”! Saya pun langsung berdiri kembali dan menunaikan shalat sunah dua rakaat lagi. Setelah itu, doa-doa saya panjatkan lagi.

Usai shalat, para askar yang berada di dalam Hijir Ismail seakan tak memedulikan keberadaan saya. Saat jamaah di kanan-kiri dan belakang saya sudah berganti wajah, saya masih terpaku di posisi yang sama sejak awal masuk ke sana. Kembali saya tunaikan shalat dua rakaat dan berdoa.

Total enam rakaat shalat sunah dan entah berapa barisan doa yang saya mohonkan pada Allah dalam kesempatan itu. Walaupun belum puas, namun saya akhirnya melangkahkan kaki ke depan dan merapatkan tubuh saya ke kabah.

Saya rentangkan tangan saya dan saya mencium kain kiswah seraya berdoa berulang-ulang. Saya memeluk kabah! Saya seakan tak ingin beranjak dari tempat itu. Sampai akhirnya, beberapa petugas masuk sambil merentangkan pita merah agar jamaah keluar dari Hijir Ismail.

Rupanya, pelataran Hijir Ismail ingin dibersihkan. Saya pun terhalau keluar. Ya, Allah. Terima kasih atas kesempatan yang Engkau berikan. Sungguh nikmat yang luar biasa. Terima kasih, Ya Allah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement