Jumat 21 Aug 2015 09:37 WIB

Rokhmin Dahuri: Jangan Sombong (bag 1)

Prof Dr Rokhmin Dahuri dan istri
Foto: foto: damanhurizuhri/republika
Prof Dr Rokhmin Dahuri dan istri

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap orang yang  pergi haji mempunyai pengalaman masing-masing yang khas. Hal itu pun dirasakan oleh Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS

Hingga saat ini, Guru Besar Manajemen Pembangunan Pesisir dan Lautan-IPB Bogor itu sudah dua kali menunaikan ibadah haji dan enam kali umrah. “Pengalaman yang paling berkesan saat saya pertama kali menunaikan ibadah haji tahun 1994,” kata Rokhmin saat berbincang dengan Republika, Senin (18/8).

Waktu itu, pria kelahiran  Kampung Nelayan, Cirebon, 16 Novembet 1958  itu adalah dosen muda di Fakultas Perikanan IPB Bogor. Ia baru pulang dari Kanada untuk menyelesaikan kuliah S3 di School for Resources and Environmental Studies, Dalhousie University, Halifax, Nova Scotia, Kanada,  tahun 1991.

“Saya ikut haji reguler. Lamanya 40 hari,” kata lelaki yang menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di IPB Bogor.

Berhaji ikut rombongan reguler, kata suami Pigoselpi Anas itu, banyak kenangannya.

“Kamar penginapan ukurannya kecil untuk enam orang, sehingga kami harus berdesak-desakan. Kamar mandinya untuk 20 orang, sehingga harus antre,” papar  mantan Menteri Kelautan dan Perikanan pada era Presiden Megawati itu.

Jarak penginapan ke Masjidil Haram cukup jauh, yakni 3 kilometer, sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk berjalan pergi dan pulang ke Masjidil Haram. “Kami tiba di penginapan pukul sebelas malam. Pukul 02 dini hari sudah harus bangun kembali. Antre ke kamar mandi kemudian jalan kaki ke Masjidil Haram,” tutur Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

 

Kondisi yang cukup berat tersebut, apalagi banyak jamaah haji dalam rombongan Rokhmin yang baru pertama kali ke luar negeri, tak heran kalau akhirnya banyak yang terkena penyakit flu dan pilek.

“Orang sering bilang, hanya onta yang tidak pilek dan batuk  di Tanah Suci. Meskipun itu mungkin bernada bercanda, namun ada benarnya,” kata Rokhmin Ketua Umum Gerakan Nelayan dan Tani Indonesia (GANTI), PDI-Perjuangan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement