REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 168.000 jamaah haji Indonesia akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 54 persennya masuk kategori risiko tinggi (risti).
"Angka ini meningkat dibanding tahun lalu yang berjumlah 53 persen," jelas Kepala Pusat Kesehatan Haji (Puskeshaji), Kementerian Kesehatan Republika Indonesia, Dr dr Fidiansjah, SpKJ, MPH, kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Mengapa meningkat? Ia menjelaskan karena adanya kebijakan mendahulukan orang yang berusia di atas 75 tahun untuk berangkat haji tahun ini. Jadi, bagi mereka yang berusia di atas 75 tahun, tidak perlu menunggu kuota. Mereka bisa daftar sekarang atau tidak mendapat kuota 15 tahun yang akan datang. Calon haji di atas 75 tahun langsung dimajukan, bisa langsung berangkat.
"Karena jika ikuti kuota, umur dia semakin tua, ini makanya konsekuensi pada kami, kami siap," ujarnya.
Jamaah yang masuk kategori risti ada tiga. Pertama jamaah yang berusia di atas 60 tahun, walaupun tidak berpenyakit tetap masuk golongan risti. Kedua, jamaah yang berusia di bawah 60 tahun, namun berpenyakit. Mereka juga masuk golongan risti.
Ketiga, jamaah berusia di atas 60 dan ada penyakit. "Untuk jamaah ini, kita betul-betul harus waspada," tambahnya.
Ketiga kelompok tersebut kemudian diberi gelang untuk memudahkan petugas haji dari Indonesia. Untuk jamaah golongan ketiga, akan memakai gelang merah.
Untuk golongan kedua, memakai gelang kuning dan golongan satu memakai gelang hijau. "Ketika petugas melihat gelang mereka, petugas akan lebih waspada, bahkan bagi jamaah haji yang menggunakan gelang merah, akan lebih intens pengawasannya," ujarnya.
Mereka ini, walaupun masuk kategori risti, namun tetap bisa berangkat haji. Tidak ditunda.