Senin 24 Aug 2015 13:19 WIB

Pelayanan Katering Jamaah di Makkah Diawasi Ketat

katering haji
katering haji

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pelayanan katering untuk makan siang jamaah haji di Makkah diawasi ketat oleh Kementerian Agama sebagai Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) agar kualitas layanan dan mutu makanan sesuai harapan serta didistribusikan tepat waktu.

"Kami ingin makanan sudah diantar sebelum jamaah berangkat shalat Dzuhur," ungkap Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag) Sri Ilham Lubis, di Makkah, Senin (24/8).

Tahun ini Kemenag sebagai Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPHI) melakukan terobosan dengan memberi bonus makan siang sebanyak 15 kali selama jamaah berada di Makkah tanpa mengurangi biaya hidup (living cost) 1.500 riyal yg diberikan kepada jamaah.

Untuk memastikan kualitas makanan tersebut, semalam Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Bintang didampingi Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Makkah Arsyad Hidayat bertemu dengan pengusaha katering dan pemilik pemondokan untuk koordinasi layanan makan siang kepada jamaah.

"Penyedia katering perlu berkoordinasi dengan pemilik pemondokan untuk menempatkan heater (pemanas) makanan di hotel," kata Sri.

Pihaknya dalam kontrak menetapkan antara lain makanan tetap hangat dan sudah bisa diterima jamaah antara pukul 9-11 waktu Arab Saudi agar bisa dikonsumsi sebelum mereka shalat dzuhur.

"Makanan harus dijamin tidak basi dan layak dikonsumsi, serta sesuai jenis makanan dengan rasanya," ujar Sri yang sempat mencicipi kualitas makanan para penyedia katering pada pertemuan tersebut.

Hampir semua penyedia katering hadir dengan membawa contoh makanan yang akan mereka pasok untuk makan siang maupun makanan selama proses haji di Arafah.

Ketika melakukan tes makanan tersebut, Sri mengatakan masih ada penyedia katering yang membuat rendang tidak sesuai rasanya.

"Katanya rendang, tapi rasanya tidak jelas apakah rendang atau semur," ujarnya.

Oleh karena itulah pada pertemuan tersebut, PPIH memberikan masukan kepada perusahaan katering tentang kualitas dan rasa masakan agar sesuai dengan selera jamaah Indonesia.

Ketentuan rasa masakan sesuai lidah orang Indonesia itulah yang mendorong semua perusahaan katering memiliki juru masak dari Indonesia, seperti Muassasah Al Hussam yang memiliki juru masak lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

Untuk mengawasi katering, Kadaker Makkah Arsyad Hidayat mengatakan pihaknya mengerahkan 7-9 orang yang terdiri dari ahli gizi dan juru masak. "Ini untuk pertama kalinya di Makkah, jamaah diberi makan siang," kata Arsyad yang mengaku deg-degan dengan tugas baru itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement