REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH – Pemanas atau heater untuk makan siang jamaah haji asal Indonesia di Makkah harus berfungsi dengan baik. Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama Sri Ilham Lubis meminta petugas pemondokan melakukan uji coba sebelum peralatan itu digunakan.
“Bagaimana heater berfungsi? Lakukan uji coba. Jika tidak berfungsi, berikan teguran (kepada pemondokan),” kata Sri kepada Wartawan Republika, Ratna Puspita dari Makkah, Arab Saudi, Senin (24/8).
Sri menyatakan hal terpenting lain yang perlu diperhatikan, yaitu lokasi pemanas. Petugas pemondokan harus memastikan tempat menaruh pemanas di hotel. Jangan sampai, penyedia hotel menolak masuk heater ke hotel sehingga alat itu diletakan di luar.
Petugas pemondokan juga harus memastikan ketersediaan listrik. Jangan sampai pada hari pertama kelabakan karena tempat belum disiapkan atau listrik belum tersedia sehingga makan rusak. “Segera dilakukan. Check and recheck dan laporkan,” kata Sri.
Sri juga mengingatkan petugas pemondokan terkait dengan pengangkutan sampah makanan. Namun, jamaah juga perlu diimbau agar tetap makan di ruang makan untuk memudahkan pembersihan sampah. “Jamaah makan di ruang makan, buang di tempat sampah, makan sebelum dzuhur,” ujar dia.
Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat menyatakan kepala sektor harus turut berperan dalam pengawasan penyediaan layanan makan siang ini. Petugas harus mendatangi gedung pemondokan satu per satu sehingga yakin makanan sampai dan tidak bermasalah.
Pemanas makanan menjadi peralatan yang penting dalam penyajian makan siang di Makkah. Pemanas berguna untuk menjaga makanan tetap hangat, tidak rusak, dan basi sehingga masih layak dikonsumsi oleh jamaah haji.
Sebanyak 23 perusahaan katering yang terikat kontrak dengan Kementerian Agama harus menyediakan makan siang mulai pukul 09.00 sampai 11.00 waktu Arab Saudi (WAS).