REPUBLIKA.CO.ID,PADANG -- Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengingatkan petugas kesehatan agar tidak ada lagi calon haji (calhaj) yang meninggal di pesawat saat menuju ke Tanah Suci.
"Itu namanya sudden death, tak bisa kita prediksi. Bisa saja di antara kita bisa seperti itu (meninggal tiba-tiba)," kata dia saat mengunjungi Asrama Haji Embarkasi Padang, Sumatra Barat, Selasa (25/8).
Namun, ia mengatakan, untuk memastikan penyebab pasti meninggalnya pasien tersebut harus dilakukan pemeriksaan jantung lebih lanjut, salah satunya dengan tes angiografi. Menurutnya, apa yang menimpa calhaj tersebut akibat adanya penyumbatan pada jantung yang bersangkutan.
Umumnya, ungkap Nila, calhaj asal Indonesia yang masuk kategori risiko tinggi (risti), cukup banyak. Nila menuturkan, di awal memantau sejumlah laporan kesehatan calhaj, pengguna gelang kuning sebanyak 23 persen, gelang merah sembilan persen.
"Ada penyakit jantung membesar sudah kita larang. Sebab, jika dibawa ke pesawat, jantung tidak akan kuat memompa," tuturnya menambahkan.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Chairul Radjab berpesan untuk mengutamakan jamaah risti di posisi yang mudah dijangkau ketika berada di pesawat.
“Waktu 24 jam pertama kali bertemu dengan calhaj merupakan saat krusial untuk mengenal kesehatan calhaj,” ujarnya.
Sebelumnya, seorang jamaah haji asal Surabaya meninggal dunia di dalam pesawat sebelum tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Azis (AMAA), Selasa (25/8) pagi. Begitu pula jamaah bernama Chamdanah Kalam Hasyim binti Kalam yang lahir di Surabaya pada 30 Agustus 1959 (55 tahun).
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah dr Royani Nurrohman mengatakan, almarhumah terkena serangan jantung. Chamdanah tergabung dalam Kloter 5 Surabaya (SUB 5).
Almarhumah menjadi jamaah haji asal Tanah Air kedua yang meninggal pada musim haji tahun ini.