REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) Dr Oni Sahroni mengatakan, ada empat kunci menggapai haji mabrur. Pertama, memiliki ‘azam atau niat yang kuat untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji.
“Kedua, menghayati akan makna yang mendasar dalam hidupnya, yakni kembali kepada Allah SWT,” kata direktur dan peneliti SIBER-C SEBI Depok, Jawa Barat itu kepada Republika di Depok, Selasa (1/9).
Ketiga, kata doktor fiqih muamalat lulusan Al-Azhar University Kairo, Mesir itu, menghayati akan totalitas komitmen kepada Allah. “Karena dalam fiqih maqashid (fiqih tentang tujuan-tujuan Allah di balik syariatnya) ibadah haji adalah ibadah yang paling sarat dengan aspek yang tidak logis,” ujar Oni.
Oni mencontohkan, jumlah tawaf tujuh putaran, sai tujuh kali, melempar jumrah, semuanya tidak logis. Bahkan Umar bin Khattab sempat melontarkan pertanyaan ketika hendak mencium hajar aswad (batu hitam di salah satu sudut Ka'bah).
Umar berkata, “Engkau hanyalah batu hitam yang tidak memberikan manfaat maupun mudharat. Andaikan Rasulullah tidak memerintahkan aku untuk menciummu, maka aku tidak akan menciummu.”
Tetapi dengan itu semua, seluruh jamaah haji harus tunduk mengikuti manasik ibadah haji tanpa harus bertanya kenapa ini kenapa itu. “Semua itu sebagai bentuk totalitas dan kepercayaan kepada Allah sebagai Khaliq,” papar Oni Sahroni.