REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Badai pasir besar terjadi di sebagian besar kawasan Timur Tengah membuat kota Jeddah, Arab Saudi gelap gulita, Selasa (8/9). Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan sampai sekarang belum ada data ilmiah tentang dampak yang terjadi di Saudi Arabia.
Namun menurutnya, berdasarkan penelitian pada badai-badai pasir di berbagai tempat lain dan di waktu yang lalu, maka ada dua hal yang patut diketahui jamaah haji Indonesia. "Pertama, kandungan badai pasir dapat berupa partikel padat, toxin, virus atau bakteri serta bahan lain," ujarnya dalam keterangan persnya. Ia mencontohkan bahan lain itu bisa berupa sulfur, logam berat, karbon monoksida dan mungkin juga bahan pestisida.
Ia mengatakan, ada data dari berbagai negara menunjukkan keluhan yang mungkin timbul akibat badai pasir. "Batuk, pilek, serangan asma akut, iritasi mata, sakit kepala, nyeri badan, gangguan tidur, dan gangguan psikologis," tulisnya.
Ia menyarankan perlindungan termudah yaitu sedapat mungkin menghindar dari tempat atau area badai pasir yang sedang terjadi." Dia juga meminta jamaah menunggu sampai badainya berhenti dan baru ke luar rumah atau bangunan.
Seperti dilansir dari Arabnews, badai berlangsung selama 40 menit sejak pukul 06.00 dengan kecepatan putar angin yang sarat mengandung pasir. Bahkan, aktivitas penerbangan di Bandara Internasional King Abdul Aziz di Jeddah pun sempat terhambat.
"Penerbangan masuk dialihkan ke bandara terdekat, sementara beberapa keberangkatan ditunda," kata seorang pejabat senior di bandara tersebut Abdul Hameed Abal-Ari, Rabu (9/9). Tak ayal, tujuh penerbangan dialihkan ke kota Madinah, Yanbu, dan Taif. Namun, semuanya sudah kembali normal sekitar pukul 07.00.