Kamis 10 Sep 2015 11:00 WIB

Kota Nabi Ibrahim, Kota yang Dirahmati (2-habis)

Rep: Ratna Puspita/ Red: Indah Wulandari
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Hassan Ali/Reuters
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Doa Nabi Ibrahim AS dan perjuangannya mendirikan Baitullah dan Kakbah telah mengubah wajah Makkah. Setiap tahun, Makkah dikunjungi jutaan peziarah dari seluruh dunia. Tidak hanya ketika musim haji, namun juga bulan-bulan lain.

Kehadiran mereka membuat berbagai sumber makanan datang dari berbagai negara. India, Thailand, dan Cina mendominasi barang dan buah yang masuk ke Makkah.

Semua bahan makanan ada di Makkah. Apa pun, silakan sebut. Bahkan, jengkol dan pete ada di Makkah. “Harganya sekitar Rp 200 ribu per kilogram. Pesan saja sama saya,” kata Ujang yang sudah bertahun-tahun tinggal dan bekerja di Makkah sebagai juru masak.

Itu seperti doa Nabi Ibrahim yang menginginkan berbagai makanan masuk ke Kota Makkah. Jika hanya itu alasan Kota Makkah sebagai kota yang dirahmati, maka mungkin banyak yang tidak sepakat. Sebab, ada banyak kota serupa.

Tapi, ada satu sumber makanan yang tidak dimiliki oleh masyarakat di kota lain di seluruh dunia. Namanya, air Zam Zam.

Air adalah barang langka di Kota Makkah. Harganya mahal. Jangan coba-coba shalat terlambat kalau berada di Makkah. Persoalannya bukan adanya polisi syariah yang siap bergerak menyuruh orang untuk shalat. Alasannya, masjid hanya buka ketika waktu shalat. Di luar itu, masjid akan tutup.

“Hemat air,” ujar mukimin atau warga negara Indonesia yang tinggal di Arab Saudi, Saifullah.

Orang Arab juga sangat hemat menggunakan air untuk mencuci mobil. Cukup satu ember untuk mobil berkapasitas delapan orang. Jangan heran kalau melihat mobil dibiarkan berdebu di pinggir jalan. Bukan mereka tidak mau mencuci tapi air sangat mahal dan debu dengan cepat menempel.

Karena itu, Zam Zam menjadi berkah. Di lokasi yang serba bukit batu itu, ada mata air yang tidak berhenti mengalir. Air Zam Zam menjadi sumber penghidupan dan melimpah ruah.

Air ini tidak berhenti mengalir meski jutaan manusia meminumnya berliter-liter setiap hari. Rasanya yang khas membuat orang akan mengetahui apakah zam zam itu asli atau tidak.

Cerita-cerita yang dituturkan turun-menurunkan menyebutkan bahwa air zam zam muncul ketika Ibrahim meninggalkan istrinya, Hajar, dan anaknya, Ismail. Ketika itulah Ibrahim berdoa. Hajar berlari antara dua bukit, Safa dan Marwah, untuk mencari minum untuk anaknya.

Zam Zam yang muncul ketika seorang ibu (Hajar) membutuhkan makanan untuk bayinya (Ismail) adalah rahmat untuk Makkah. Air yang sebenarnya dilarang untuk diperjualbelikan karena air Zam Zam mampu menghidupi seluruh masyarakat dengan gratis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement