Sabtu 12 Sep 2015 18:58 WIB
Musibah Crane Jatuh

Terhindar dari Musibah Crane Gara-Gara Jatah Makan

Petugas melokalisir tempat kejadian crane jatuh, Sabtu (12/9)
Foto: theguardian
Petugas melokalisir tempat kejadian crane jatuh, Sabtu (12/9)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Syamsi Darwan bin Abdul Hamid tak pernah tahu apa yang mungkin saja menimpanya pada Jumat (11/9) sore jika tidak kembali ke pemondokan. Saat hujan deras disertai angin kencang, bus shalawat yang ditumpanginya menuju Terminal Syib Amir terhambat masuk areal Masjidil Haram.

"Jalanan macet karena hujan deras," kata Syamsi kepada wartawan Republika EH Ismail, di Masjidil Haram, Makkah, Sabtu (12/9).

Lantaran terbiasa ke Masjidil Haram menjelang Maghrib, Syamsi tetap melanjutkan perjalanan. Namun, bus shalawat yang ditumpanginya tak jua beranjak. Berpikir sebentar, Syamsi memutuskan kembali ke pemondokannya di wilayah Syiyah. Dia tinggal di sektor 6 di pemondokan bernomor 618.

"Saya dan teman-teman satu rombongan memutuskan kembali ke hotel untuk ambil jatah makan dulu," katannya.

Tak disangka, saat Syamsi dan teman-temannya berada di pemondokan, sebuah musibah mengenaskan terjadi di Masjidil Haram. Hujan lebat disertai angin kencang yang menyapu Makkah sore itu membuat sebuah crane ambruk menimpa atap Babus Salam.

Bandul crane dan puing beton atap menimpa kerumunan jamaah yang berada di area pintu masuk sai. Letaknya kira-kira 50 meter dari kabah.  Suara dentuman yang dahsyat mengagetkan jamaah.

Puluhan jamaah haji dari berbagai negara terkapar berdarah. Sebagian wafat di tempat. Puluhan lainnya luka-luka. Ada yang patah kaki, patah tangan, dan bocor di kepala. Sebelum raungan ambulans membahana di areal Masjidil Haram, ratusan jamaah haji dan petugas mencoba memberikan pertolongan pertama.

"Saya tidak tahu kejadian persisnya, tapi kalau saja sore itu saya tidak ambil jatah makan, mungkin saja saya menjadi salah satu korban," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement