Jumat 18 Sep 2015 13:12 WIB

Kafilah Haji di Abad ke-12

Rep: c 33/ Red: Indah Wulandari
Kafilah haji di abad ke-13
Foto: onislam
Kafilah haji di abad ke-13

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Rombongan jamaah haji dari negara-negara Muslim pada abad ke-12 hingga ke-14 biasanya akan berkumpul di kota-kota besar, seperti  Suriah, Mesir dan Irak sebelum melanjutkan perjalanan ke Makkah.

Tujuannya supaya perjalanan dilakukan berkelompok. Kala itu, jumlah jamaah haji sudah bisa mencapai puluhan ribu orang.

 

Ketika itu, ada pemimpin pasukan yang bertugas menjaga keselamatan dan mengorganisir jamaah haji. Pemimpin pasukan itu dinamai Umara' al-Hajj yang bertugas tidak hanya melindungi jamaah, tapi juga harta dan suplai selama perjalanan.

 

Harun ar-Rashid merupakan salah seorang khalifah yang pernah mengemban tugas itu. Ia memilih jalan bertarung demi Allah dan karena itulah ia dijuluki Komandan Besar selama perjalanan menuju Masjidil Haram.

 

Istrinya, Zubaydah binti Ja'far pernah membangun jalan seluas 900 mil dari Koofah ke Makkah. Jalan yang dinamai Darb Zubaydah itu selesai dibangun pada 780 Masehi. Jalan itu sekaligus menjadi rute paling awal khusus bagi jamaah calon haji.

 

Harun peduli dengan jamaah haji golongan tidak mampu yang berkelana dengan jalan kaki. Ia menambahkan sembilan tempat istirahat di sepanjang jalan itu.

Selain itu, Ia telah menjadi saksi mata atas keadaan menyedihkan jamaah haji kurang mampu ketika melihat mereka harus membayar sebotol minuman. Maka, ia yang memiliki sejumlah sumur pun mengarahkannya di sepanjang rutehHaji dari Wadi Nu'man ke Makkah.

Sumur-sumur yang disebut Ayn Zubaydah itu diprediksi dibangun dengan total biaya 54 juta dirham.

 

Manfaat dari sumur itu sempat tercatat dalam tulisan perjalanan Ibnu Jubayr dari Andalusia ke Makkah.

"Jamaah haji menuangkan air yang mereka punya dan bersenang-senang dalam kelimpahan air itu. Mereka berenang dan mandi pada air itu. Itulah pemberian Tuhan bagi perjalanan mereka."

 

Selain para penguasa Muslim asal Arab, penguasa non-Arab pun menunjukan kebaikannya pada jamaah haji. Pada 1324 Masehi, pemimpin Muslim dari Mali, Mansa Musa melaksanakan haji pertamanya.

 Ia membawa ratusan unta dengan masing-masingnya membawa emas, makanan dan makanan. Bahkan rombongannya ditemani 60 ribu orang termasuk pasukan, dokter, guru, dan pendongeng.

 

Usaha rombongan Mansa guna mencapai Mekkah tidaklah mudah. Dari ibukota Niani ke Timbuktu saja harus melalui gurun sahara. Hingga mencapai Kairo terlebih dahulu sebelum mencapai jazirah Arab. Ketika itu, orang-orang disepanjang perjalanan Mansa menunggunya lewat guna menyaksikan betapa besar rombongannya.

 

Kebaikan Mansa sudah terkenal kala itu. Sehingga seusai hajinya itu ia memberikan uang dan emas kepada penduduk di Mekkah dan Kairo saat perjalanan pulangnya. Saking banyaknya emas yang ia berikan hingga membuat harga emas menurun drastis ketika itu.

 

Selain kisah Mansa, ada pula perjalanan Sikandar Begum yang tercatat dalam tinta sejarah. Ia merupakan pemimpin dari wilayah Bhopal di India yang mencapai Jeddah pada 23 Januari 1864. Ia pun sekaligus menjadi penguasa asal India pertama yang melaksanakan haji. Begum sendiri adalah muslimah yang terus menulis detail perjalanannya dalam buku catatan.

 

Begum turut menjadi penguasa pertama non-Arab yang mendapatkan tanah di Mekkah dan Madinah untuk membangun penginapan.

Setelah dibangun, maka penginapan itu hanya diperuntukkan bagi jamaah haji asal negaranya hingga hari ini. Sedangkan pemimpin India dari wilayah Hyderabad, Arcot dan Tonk akhirnya mengikuti jejaknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement