REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan Masjidil Haram berdampak pada pengurangan kuota haji sebesar 20 persen untuk negara-negara pengirim jamaah haji.
Hal itu juga berlaku untuk Indonesia sebagai pengirim jamaah haji terbanyak. Namun untuk tahun berikutnya Indonesia akan mendapatkan tambahan 10 ribu kuota haji.
Pernyataan tersebut pertama kali disampaikan oleh Sekretaris Kabinet, Pramono Anung ketika memberikan keterangan pers di Istana Raja Faisal Jeddah, Sabtu malam (12/9) waktu setempat.
Ia mengungkapkan, pada saat jamuan santap siang kenegaraan, Presiden menyampaikan kepada Raja Arab Saudi tentang penambahan kuota haji.
Tidak berapa lama, saat Menteri Negara urusan Agama Kerajaan Arab Saudi Muhamad Ali Sheikh melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden, sekaligus juga menyampaikan persetujuan penambahan kuota haji sebesar 10 ribu.
Kemudian Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Mustafa bin Ibrahim Al Mubarak dalam konferensi pers di Kedubes Saudi Arabia, Jakarta menyebutkan bahwa Indonesia memang akan diberi kuota tambahan sebanyak 10 ribu jamaah.
"Pemotongan sebanyak 20 persen karena pembangunan perluasan Masjidil Haram membuat kuota Indonesia berkurang menjadi 168.800. Untuk tahun depan diberikan kuota tambahan sebanyak 10 ribu jamaah," ujarnya yang diterjemahkan oleh Ahmad Jamaluddin, dalam konferensi pers di Kedubes Saudi Arabia, Jakarta, Jumat (18/9).
Mustafa mengatakan pengurangan kuota tersebut karena alasan agar jamaah haji tetap nyaman beribadah di Tanah Suci meskipun sedang dilakukan pembangunan. Hal itu juga menurutnya berkaitan dengan keamanan para jamaah haji dalam beribadah haji.
Penambahan kuota haji ini, menurut Seskab, tidak mengurangi perhatian Presiden kepada peningkatan kualitas pelayanan ibadah Haji. Meskipun sekarang banyak kemajuan, Seskab menegaskan bahwa masih masih banyak perbaikan yang perlu dilakukan.