Kamis 24 Sep 2015 12:17 WIB

Apa Saja Indikator Haji Mabrur?

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Indah Wulandari
Jamaah haji berdoa memohon kebaikan setelah menyelesaikan wukuf di Arafah
Foto: onislam.net
Jamaah haji berdoa memohon kebaikan setelah menyelesaikan wukuf di Arafah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Setiap Muslim tentunya merindukan bisa melaksanakan ibadah haji. Mereka yang sedang berhaji pun pasti mendambakan bisa menjadi haji mabrur. Persoalannya, apakah hakikat haji mabrur dan apa saja indikatornya?

Doktor bidang pendidikan Islam dari Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor Ustaz Dr Maneger Nasution, mengutip Ibn Mandhur dalam Lisan al-Arab tentang dua makna mabrur.

Pertama, mabrur berarti baik, suci, dan bersih. Jadi, haji mabrur adalah yang tidak terdapat di dalamnya noda dan dosa (untuk jual beli berarti tak mengandung dusta dan penipuan). Kedua, mabrur berarti maqbul, artinya diterima dan mendapat ridho Allah SWT.

Lalu, siapa-siapa saja yang berhasil meraih haji mabrur? Jawabannya agaknya menjadi rahasia Allah SWT. Meski orang yang meraih haji mabrur tak dapat diidentifikasi secara pasti, namun Rasulullah SAW pernah menunjukkan beberapa indikatornya.

"Ketika ditanya tentang kebaikan haji, beliau bersabda, memberi makan dan bertutur kata yang baik," ucap Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) ini kepada Republika.co.id, Kamis (24/9).

Memberi makan di sini harus dipahami secara luas, yaitu kesediaan untuk berbagi rasa dengan sesama serta kesanggupan kita untuk menyumbangkan sebagian harta untuk fakir miskin dan kaum dhuafa.

Sedang yang dimaksud bertutur kata yang baik adalah berbudi luhur dan berakhlak mulia. Setiap jamaah haji harus memperhatikan betul soal akhlak ini. Baik sewaktu berada di Tanah Suci maupun setelah kembali ke kampung halamannya.

Maneger mengatakan kedua indikator tersebut berdimensi sosial.

"Ini berarti, haji yang mabrur pada hakikatnya adalah haji yang dapat membuat pelakunya semakin peduli terhadap persoalan-persoalan sosial dan kemanusiaan," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Kerukunan antar Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Dalam sejarah sosial umat Islam Indonesia, tokoh seperti Wali Songo, Kiai Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy'ary dan lain-lain, begitu kembali ke Indonesia dari berhaji, mereka merupakan tokoh pejuang agama dan kemanusiaan buat bangsanya.

"Karena itu, surga Allah memang pantas dan layak bagi mereka," ujar Maneger.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement