Rabu 07 Oct 2015 07:39 WIB
haji 2015

Arsyad Hidayat, Kepala Daker Makkah

Kepala Daerah Kerja Makkah, Arsyad Hidayat
Foto: Heri Ruslan/Republika
Kepala Daerah Kerja Makkah, Arsyad Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Suatu malam selepas jamaah Indonesia menyelesaikan shalat Isya di Masjidil Haram, seorang pria bergerak lincah ke sana kemari mengatur jamaah yang membeludak, menunggu bus di Terminal Syib Amir, Makkah.

Sesekali lelaki yang menggunakan rompi bertuliskan Petugas Haji Indonesia itu menyapa ramah jamaah yang sedang menunggu bus sambil berdiri dengan wajah yang sedikit lelah.

Kemudian laki-laki berompi hitam itu tiba-tiba berlari ke belakang dan menyetop bus warna hijau nomor 10 yang berstiker bendera Merah Putih. Dari sisi kanan bus, ia menyapa pengemudi yang baru saja menurunkan penumpang.

Tiba-tiba ia berteriak lantang. "Penumpang bus 7 silakan masuk. Bus tujuh.. Bus tujuh...," ujarnya sambil melambaikan tangan kanan memanggil jamaah yang ingin menaiki bus yang dialihkan rutenya dari 10 menjadi 7 dengan tujuan Syib Amir-Syisyah 1 itu.

Jika bukan pemimpin dan pemegang otoritas, tentu tidak akan berani seenaknya mengalihkan rute seperti itu. Atau bahkan perintahnya tak akan diikuti sopir bis berkewarganegaraan Bangladesh itu. Namun karena yang memerintah Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah, maka siapa yang berani menolaknya.

Dia-lah Arsyad Hidayat, pemegang kendali operasional pelayanan jamaah haji selama berada di Makkah Al Mukarammah. Di pundaknya beban tanggung jawab yang cukup berat itu dipikul untuk membuat jamaah Indonesia nyaman dan tenang beribadah di tempat Ka'bah berada itu.

Nama dan sosok pria kelahiran Karawang, 42 tahun lalu itu mungkin kini semakin dikenal publik seiring dengan kemunculannya yang intens selama musim haji tahun ini. Apalagi setelah dua musibah besar menerpa jamaah di kota kelahiran Nabi Muhammad SAW, Makkah Al Mukarammah itu.

Musibah pertama yang menjadi sorotan dunia adalah ketika crane roboh oleh angin kencang dan hujan lebat di Masjidil Haram pada Jumat sore, 11 September 2015.

Peristiwa itu menyebabkan ratusan korban meninggal dunia dan cidera, 54 orang di antaranya merupakan jamaah Indonesia. Pada musibah itu 11 jamaah Indonesia wafat serta 43 orang mengalami cidera ringan dan berat.

Kurang dari dua minggu kemudian, tepatnya, 24 September 2015 setelah wukuf di Arafah, musibah kembali terjadi di Jalan 204, Mina. Ratusan jamaah saling berdesakan sehingga terinjak-injak di jalan sempit saat menuju Jamarat untuk melempar jamrah Aqabah pada 10 Zulhidjah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement