REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi hingga saat ini belum mendapatkan laporan resmi hasil investigasi insiden Mina dari Pemerintah Arab Saudi.
Namun, berdasarkan keterangan dari media lokal yang merangkum kesimpulan identifikasi dari negara-negara pengirim jamaah haji, jumlah korban tragedi maut yang terjadi pada Kamis (24/9) pagi tersebut mencapai 2.121 orang.
Ketua PPIH Arab Saudi 1436H/2015M Ahmad Dumyathi Bashori mengatakan, para pejabat terkait Pemerintah Arab Saudi baru saja melakukan pertemuan guna mendiskusikan insiden di Jalan Arab 204, Mina. Dalam pertemuan itu, pejabat resmi Arab Saudi tetap melansir jumlah korban Mina hanya 769 jamaah haji dengan 934 lainnya luka-luka.
“Belum ada perubahan keterangan soal ketidakcocokan data resmi korban dengan data yang dilansir berbagai negara,” kata Dumyathi kepada Republika, di Madinah, Arab Saudi, Kamis (22/10).
Saudi Press Agency (SPA) tidak melaporkan mengenai respons pejabat resmi Arab Saudi soal ketidakcocokan data korban Mina. Namun demikan, usai pertemuan yang langsung dipimpin Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Naif bin Abdul Azis yang juga Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, SPA menyebutkan ratusan jamaah haji dari berbagai negara masih dilaporkan hilang.
“Putra Mahkota meyakinkan proses investigasi masih terus berlangsung,” tulis SPA. “Dia memerintahkan langsung anggota komite investigasi untuk melanjutkan upaya-upaya dalam mencari penyebab insiden. Mari kita semua berdoa semoga Allah SWT menerima para korban wafat di surga-Nya dan berharap semua korban luka segera sembuh,” lanjut SPA.
Menurut Dumyathi, perintah serupa juga pernah disampaikan Raja Salman bin Abdul Azis seperti halnya perintah investigasi terhadap insiden robohnya crane di Masjidil Haram yang menelan 111 korban wafat.
Tragedi kembar pada musim haji 2015 telah dinyatakan sebagai insiden terburuk yang terjadi di Arab Saudi pascadilantiknya Raja Salman awal tahun ini.
“Karena itu, Pemerintah Arab Saudi pasti sangat berhati-hati dalam melakukan investigasi dan lebih memilih berkonsentrasi pada penanganan korban lebih dulu,” ujar Dumyathi.
Sejumlah media lokal dan Associated Press menghitung jumlah korban insiden Mina berdasarkan laporan resmi dari 30 negara pengirim jamaah haji.
Dari 180 negara pengirim jamaah haji, hanya 30 negara tersebut yang memberikan laporan resmi mengenai kondisi para jamaah hajinya pascainsiden berdesak-desakan di Mina.
Jumlah total korban wafat mencapai 2.121 dengan Iran menjadi negara yang jamaahnya paling banyak menjadi korban, yakni mencapai 465 orang. Adapun negara lainnya adalah Nigeria (199), Mali (198), Kamerun (76), Niger (72), Senegal (61), Pantai Gading dan Benin (masing-masing 52 orang).kemudian
Kemudian, Mesir (182), Bangladesh (137), Indonesia (126), India (116), Pakistan (102), Ethiopia (47), Chad (43), Maroko (36), Aljazair (33), Sudan (30), Burkina Faso (22), Tanzania (20), Somalia (10), Kenya (8), Ghana dan Turki (masing-masing 7 orang), Myanmar dan Libya (masing-masing 6 orang) , Cina (4), Afghanistan (2), dan Yordania serta Malaysia (masing-masing 1 orang).
Dengan jumlah korban sebesar ini, insiden Mina 2015 merupakan tragedy mematikan terbutuk sepanjang masa setelah tragedi hampir serupa juga terjadi di terowongan Mina pada 1990 yang menelan korban wafat 1.426 orang.