Ahad 25 Oct 2015 07:54 WIB

Makkah Bukan Tempat Euforia Tahun Baru Masehi

Makkah, menjadi pusaran jamaah haji seluruh dunia.
Foto: Reuters
Makkah, menjadi pusaran jamaah haji seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya animo umat Islam melaksanakan ibadah umrah yang dikaitkan dengan pergantian malam tahun baru Masehi 2016 mendatang, harus dikoreksi niat ibadahnya, karena kota suci Makkah bukanlah tempat euforia perayaan baru seperti di kota lainnya.

            

''Niat umrah seperti itu harus diluruskan. Terlebih lagi dampak daripada niat ibadah seperti itu cukup besar dari sisi sosial ekonomi,'' kata Ketua Asosiasi Penyelenggara Haji khusus Umrah dan Inbound Indonesia (Asphurindo)  KH Hafidz Taftazani kepada Antara di Jakarta, Sabtu.

           

Ibadah umrah dari sisi syari'ah melaksanakan tawaf di Ka'bah dan sa'i antara Shafa dan Marwah, setelah memakai ihram yang diambil dari miqat.

Ibadah ini juga disebut haji kecil. Tentu saja, menurut Hafidz, nilai ibadah umrah memiliki nilai tinggi jika diikuti dengan pemahaman ilmu agama yang tepat.

Karena itu, niat berbondong-bondong melaksanakan umrah pada pergantian tahun baru masehi semata sebagai euforia di Tanah Suci harus diluruskan.

            

Lantas, lanjut Hafidz, ada pihak yang menyatakan lebih baik ke Makkah daripada merayakannya di Singapura atau kota lainnya sebagai tempat hiburan.

Pendapat tersebut, menurut dia, juga tidak tepat. Sebab, dalam ajaran Islam masih ada hari-hari besar pada kalender Hijriyah yang memiliki nilai ibadah tinggi, seperti awal bulan Hijriyah sebagai waktu yang tepat untuk menyantuni anak yatim.

           

Belum lagi bulan lainnya, seperti Maulid, Mi'raj dan Ramadhan. "Jadi, saya amati, sudah tiga tahun terakhir fenomena ibadah umrah dikait-kaitkan dengan perayaan pergantian tahun masehi makin tampak. Hal ini harus ada pelurusan," kata dia mengingatkan.

           

Dampak dari fenomena ini, sambung Hafidz, sangat dirasakan sekali pada jasa penerbangan dari Tanah Air ke Jeddah. Belum lagi jasa hotel. Harga tiket penerbangan naik, hotel-hotel pun demikian pula seolah tak mau kalah hanya sekadar untuk memenuhi syahwat merayakan tahun baru yang tidak semestinya itu.

          

Jamaah umrah dari Indonesia berkisar satu juta orang per tahunnya. Untuk ini, Hafidz berharap umat Islam di Tanah Air dapat meluruskan niat umrahnya.

''Jangan campur adukkan kepentingan ibadah dengan perayaan pergantian tahun baru yang tidak semestinya dilakukan,'' ungkap Hafidz menjelaskan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement