Selasa 02 Aug 2016 10:39 WIB

Sebanyak 74,07 Persen Calhaj Riau Berisiko Tinggi

Jamaah Haji Lansia
Foto: Republika/M Subarkah
Jamaah Haji Lansia

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dinas Kesehatan Provinsi Riau mencatat 74,04 persen calon jamaah haji setempat yang akan berangkat tahun ini memiliki resiko tinggi baik dari segi umur maupun penyakit. "Rinciannya karena umur 29,28 persen, karena penyakit 63,39 persen, dan karena umur tambah penyakit 7,32 persen," kata Kepala Dinkes Riau, Andra Sjafril di Pekanbaru, Selasa (2/8).

Dia mengatakan dari laporan 4.057 jamaah calon haji Riau ditemukan penyakitnya tidak menular seperti hipertensi, kolesterol, diabetes melitus, dan lainnya. Untuk itu akan diberikan arahan obat apa saja yang dibawa sehingga ibadahnya bisa berjalan lancar.

Untuk pendampingan, Dinkes Riau melepas 35 orang petugas haji yang terdiri dari 11 tenaga medis (dokter), 19 tenaga paramedis (perawat), dan lima panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia dari lingkungan dinas.

Dari jumlah tenaga medis (dokter) yang berangkat terdiri dari sembilan Tenaga Kesehatan Haji Indonesia, satu Tenaga Kesehatan Haji Daerah, dan satu PPIH. Kemudian 19 tenaga paramedis dari TKHI. Kemudian PPIH terdiri atas satu orang tenaga surveilence, satu orang tenaga farmasi, satu orang dokter bedah, dan dua orang perawat.

Untuk tugasnya dalam satu kloter nantinya akan terdiri atas satu orang dokter dan dua perawat. "Indikator keberhasilannya adalah berdasarkan indikator kematian jamaah haji di luar sarana pelayanan kesehatan kurang dari 40 persen," lanjut Andra.

Penanggung Jawab Program Kesehatan Haji Dinkes Riau, Sri Mulyani mengatakan petugas TKHI yang mendampingi jamaah akan fokus pada yang berisiko tinggi tanpa mengabaikan pantauan kepada semuanya. "Itu nanti ada tanda untuk melihatnya. Gelang merah untuk kelompok risiko tinggi umur di atas 60 tahun plus penyakit, gelang hijau untuk 60 tahun tanpa penyakit, dan gelang kuning untuk 60 tahun ke bawah yang ada penyakit," jelasnya.

Dia berharap jamaah calon haji sebelum berangkat mengerti dengan kondisi kesehatannya seperti hipertensi dan diabetes yang tidak bisa sembuh. Oleh karena itu gula darah harus terkontrol serta teratur menjaga diet dan obat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement