REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makkah adalah kota dimana Nabi Adam AS diturunkan dan hidup bersama pasangannya Hawa. Ketika Nabi Adam pertama kali tinggal di sini, ia meminta kepada Allah SWT agar diselamatkan dari godaan iblis, yang telah mencelakakannya di surga.
Doa Adam terkabul, kemudian para Malaikat turun ke bumi mengelilingi tempat Nabi Adam untuk menjaga agar iblis tidak dapat mencapainya. Lantas tempat malaikat berjaga itulah yang kemudian menjadi batas Tanah Haram.
Perkembangan kota Makkah sepeninggal Nabi Adam, Hawa dan keturunannya tidak terlepas dari keberadaan Hajar dan Ismail AS, putra Ibrahim yang menempatkan keduanya di tempat ini atas izin Allah. Hal ini diperkirakan terjadi pada abad ke 19 sebelum Masehi.
Setelah menempatkan istri dan anaknya dengan sepenuhnya Nabi Ibrahim bertawakal kepada Allah. Kemudian Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Di tengah kehabisan bekal, Hajar berlari-lari sebanyak tujuh kali dari bukit Shafa dan Marwah mencari air.
Atas izin Allah tiba-tiba di bawah hentakan kaki Ismail terpancar sumber mata air Zam-zam, seperti yang masih tersedia hingga kini. Pada perkembangannya muncul suku Jurhum yang ikut menetap di sana. Pada masa berikutnya kota ini dipimpin oleh Quraisy yang merupakan kabilah atau suku yang utama di Jazirah Arab karena memiliki hak pemeliharaan terhadap Kakbah.
Suku ini terkenal dalam bidang perdagangan bahkan pada masa itu aktivitas dagang mereka dikenal hingga Damaskus, Palestina dan Afrika. Tokoh sebagai kepala kabilah Quraisy adalah Qussai yang dilanjutkan oleh Abdul Muthalib.
Pada tahun 571, Nabi Muhammad keturunan langsung dari Nabi Ismail serta Qussai, lahir di kota ini dan tumbuh dewasa. Di Kota Makkah inilah turun wahyu pertama, tepatnya di gua Hira sebagai bukti sejarah. Namun ajaran dan wahyu ini ditolak kaum Quraisy yang saat itu masih Jahilliyah.
Berpindah Nabi Muhammad ke Madinah, menandakan perjuangan baru Islam hingga berkembangnya Madinah. Titik balik dakwah Islam berada di Makkah setelah akhirnya Nabi Muhammad kembali ke Mekkah membebaskan kota Makkah tanpa pertumpahan darah yang dikenal dengan (Fathul Makkah).
Pada masa selanjutnya Makkah berada di bawah administrasi Khulafaur Rasyidin yang berpusat di Madinah, serta para Khalifah yang saat itu berkuasa di Damaskus saat Dinasti Ummayyah, di Bagdad saat Dinasti Abbasiyah dan Turki Usmaniyah.
Kemudian setelah hancurnya sistem kekhalifahan, kota ini disatukan di bawah pemerintahan Arab Saudi oleh Abdul Aziz bin Saud yang kemudian menjadi pelayan bagi kedua kota suci Islam, Makkah dan Madinah. Kini di Makkah beberapa situs tempat-tempat di mana Islam berkembang beberapa masih bisa saksikan. Terutama Baitullah (Kakbah), yang menjadi tujuan berhaji dan umrah umat Islam seluruh dunia.