Senin 22 Aug 2016 06:29 WIB

Begini PPIH Jabar Seleksi Makanan untuk Jamaah

Tim katering Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Daerah Kerja Madinah, mengunjungi perusahaan Al Andalus, yaitu salah satu perusahaan katering di Madinah yang mensuplai konsumsi calon jamaah haji Indonesia, Senin (15/8).
Foto: Republika/ Amin Madani
Tim katering Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Daerah Kerja Madinah, mengunjungi perusahaan Al Andalus, yaitu salah satu perusahaan katering di Madinah yang mensuplai konsumsi calon jamaah haji Indonesia, Senin (15/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Jawa Barat melakukan seleksi ketat terhadap kualitas makanan dan minuman yang akan disajikan untuk seluruh Jemaah Calon Haji (JCH) di Asrama Jakarta-Bekasi.

"Setiap harinya kami menyajikan rata-rata 1.500 porsi makanan dengan beragam menu untuk para JCH yang singgah di Asrama Haji Jawa Barat embarkasi Jakarta-Bekasi," kata Petugas Kesehatan PPIH Jabar Bayu Kusumo di Bekasi, Ahad (22/8).

Menurut dia, menu standar makanan untuk JCH yang diproduksi rata-rata berbahan baku 2,5 kuintal ayam, 90 kilogram sayur hijau, dan 20 kilogram daging sapi. Seluruh bahan baku itu diproduksi seratus petugas katering dengan didampingi tim kesehatan untuk memantau higienitasnya bagi JCH.

"Biasanya dalam sehari kami membuat 1.500 porsi makanan untuk tiga kelompok terbang (kloter) dengan jumlah JCH per kloter sebanyak 450 orang," katanya.

Untuk memastikan makanan yang dikonsumsi oleh para jamaah aman, kata dia, pihaknya melakukan pengetesan terhadap sampel makanan yang telah selesai diproduksi di ruang produksi makanan Embarkasi Jakarta-Bekasi.

"Untuk memastikan makanan yang diberikan kepada jamaah tidak terkontaminasi bakteri atau sejenisnya, tim kesehatan mencoba makanan tersebut sebelum diberikan ke jamaah," katanya.

Makanan yang dirasa aman untuk dikonsumsi selanjutnya ditempeli tanda aman berikut waktu kedaluarsanya."Ini dilakukan agar jemaah tidak mengalami sakit karena konsekuensinya jemaah bisa batal berangkat," ujarnya.

Selain itu, Bayu juga mengaku harus membatasi waktu makan maksimal lima jam penyajian di meja makan demi menjaga kandungan vitamin dan kelayakan bahan bakunya."Kami tes dulu oleh tim yang menangani ini, dicek dulu nilai gizinya, rasanya, dan kelayakannya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement