Rabu 24 Aug 2016 16:49 WIB

'Maksimalkan Upaya Pembebasan Korban Paspor Haji di Filipina'

Ketua BKSP DPD RI, AM Iqbal Parewangi
Foto: Istimewa
Ketua BKSP DPD RI, AM Iqbal Parewangi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD RI Perwakilan Sulawesi Selatan (Sulsel) AM Iqbal Parewangi menyayangkan terjadi kasus penipuan calon jamaah haji Indonesia apalagi melibatkan negara tetanga. Iqbal kepada Republika.co.id mengatakan sebanyak 177 WNI calon jamaah haji itu mungkin melakukan kesalahan keimigrasian, itu fakta. "Tapi ada fakta lebih besar dan mendasar. Mereka itu korban sindikat pemalsu paspor dan jaringan travel yang tidak bertanggungjawab. Saya perlu tekankan kata korban," katanya, Rabu (24/8).

Ketua Badan Kerja Sama Parlemen (BKSP) dan Hubungan Internasional DPD RI ini mengatakan, hal mendesak yang perlu dilakukan adalah pemerintah Indonesia melalui KBRI di Filipina harus bekerja maksimal melobby pihak Filipina agar negara itu membebaskan para korban. "Indonesia dan Filipina masih sesama negara anggota ASEAN kok. Apalagi yang mereka lakukan tidak merugikan pertahanan dan keamanan negara itu. Mereka hanya memanfaatkan kelonggaran kuota haji di Filipina," ujar Iqbal.

Langkah selanjutnya, Iqbal menjelaskan agar peristiwa memilukan seperti ini tidak terulang dan terulang lagi, aparat penegak hukum harus membongkar dan memberangus sindikat pemalsu paspor dan travel-travel yang tidak bertanggungjawab. Dia mengatakan, niat para calon jamaah haji itu murni dan mulia, yakni menunaikan ibadah haji.

Namun gara-gara ulah sindikat pemalsu paspor dan travel yang tidak bertanggungjawab, mereka harus menjalani nasib menyedihkan di negeri orang.

Sebagai senator perwakilan dari Sulsel, Iqbal menyatakan dia paham betul sesungguhnya masih ada beban berat lain yang masih harus dipikul para korban, khususnya yang berasal dari Sulsel. Dia menyebutkan beban psikologis itu akan sangat menyakitkan bagi para calon jamaah haji yang tertahan di Filipina.

Iqbal mengatakan, berhaji ke Tanah Suci, bagi sebagian masyarakat merupakan prestasi sekaligus prestise. Di Sulsel, dia melanjutkan, keberangkatan mereka dilepas dengan prosesi kultural yang sakral. Saat mereka pulang nanti mereka pun akan disambut seperti raja atau ratu.

"Nah, ketika nanti mereka pulang malah bukan dari Tana Marajae (Tanah Suci, Red), tapi cuma dari Filipina, itu akan menjadi beban seumur hidup. Sebagian malah akan menanggungkannya sebagai aib. Kasihan sekali para korban itu. Sudah ketipu, ketimpuk aib pula," katanya. 

(Baca Juga: Kepulangan 177 Calhaj Indonesia Tunggu Verifikasi Filipina)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement