REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puncak haji atau wukuf di Arafah yang diperkirakan jatuh pada 10 September 2016. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi meminta pihak Muassasah menyiapkan bus agar mampu mempercepat proses mobilisasi jamaah dari pemondokan ke Arafah.
Kepala Daerah kerja (Daker) Makkah Arsyad Hidayat mengatakan pihak Muassasah sudah menyiapkan sekitar 21 hingga 22 armada bus di setiap maktab untuk memberangkatkan jemaah haji Indonesia dari pemondokan menuju Arafah.
"Kami meminta agar armada yang diberikan ke kita itu city bus yang daya tampungnya lebih besar sehingga mobilisasinya lebih cepat," ujarnya saat melakukan pertemuan dengan pihak Muassasah Asia Tenggara kemarin.
Jika kapasitas bus adalah 50 orang, maka diharapkan satu kali pemberangkatan akan dapat membawa 1000 jemaah haji Indonesi di setiap maktab. Proses pemberangkatan, akan dilakukan sejak tanggal 8 Dzulhijjah 1437H atau 9 September 2016 pagi.
Terkait hal ini, lanjutnya, pihak Muassasah bagian transportasi telah merencanakan pemberangkatan, termasuk menentukan jadwal pemberangkatan.
"Jemaah haji Indonesia yang tinggal di Mahbas Jin kemungkinan akan diberangkatkan terlebih dahulu, disusul wilayah lainnya," ujar Arsyad.
Selesai melakukan wukuf di Arafah, jemaah haji Indonesia diberangkatkan menuju Muzdalifah untuk melakukan mabit (menginap). Dari muzdalifah, selanjutnya jemaah akan diberangkatkan menuju ke Mina.
"Pemberangkatan jemaah dari Muzdalifah ke Mina rencananya akan dilakukan lebih awal, mulai pukul 22.00 atau 22.30, sehingga jemaah seluruhnya bisa didorong ke Mina sebelum pukul 07.00," kata Arsyad.
Hal ini penting agar tidak ada jemaah haji Indonesia yang masih berada di Muzdalifah pada tanggal 10 Dzulhijjah siang, di atas pukul 07.00. Selain kondisi panas dan terbuka, jamaah haji saat itu juga diperkirakan dalam keadaan lelah.