Sabtu 27 Aug 2016 09:52 WIB

Menanti Terang pada Kasus Paspor Haji Filipina

Jamaah haji asal Indonesia berada di KBRI Manila, Jumat dini hari (26/8)
Foto: Dok Kemenlu
Jamaah haji asal Indonesia berada di KBRI Manila, Jumat dini hari (26/8)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Antrian waktu tunggu yang mencapai dua digit di beberapa daerah membuat banyak warga negara Indonesia yang ingin berhaji melalui jalur resmi putus asa.

Banyak cara ditempuh untuk mempercepat keberangkatan, salah satunya mengambil kuota negara lain yang tidak memiliki antrian sepanjang Indonesia, sebut saja Malaysia, Filipina, Vietnam, Thailand dan Timor Leste.

Mulanya banyak yang memilih berangkat melalui Malaysia namun seiring makin panjangnya antrian di negara tetangga itu, kini beberapa orang mulai melirik Filipina sebagai negara titik tolak keberangkatan untuk berhaji.

Namun oleh karena kuota suatu negara hanya diperuntukkan bagi warga negara, muncullah sindikat pembuat dokumen palsu, misal paspor palsu. Dengan iming-iming cepat berangkat ke Tanah Suci, tak sedikit jamaah Indonesia yang terbujuk.

Mengingat pergi ke Tanah Suci dan menunaikan rukun Islam kelima adalah impian dan harapan bagi seluruh umat Islam di dunia, tak terkecuali di Indonesia, dari kota-kota besar hingga ke pelosok desa di ujung pulau terluar.

"Sudah 20 tahun sekarang antriannya di Banjarmasin. Untung saya mendaftar tujuh tahun lalu jadi bisa berangkat tahun ini," ungkap Syamsul Bahri (73), jamaah kelompok terbang dua embarkasi Banjarmasin.

Untuk orang seusianya menanti tujuh tahun bukanlah hal yang ringan apalagi 20 tahun. Tak putus doa dipanjatkan untuk sebuah kesempatan pergi berhaji memenuhi panggilan-Nya.

Wajar jika keadaan terdesak terkadang orang memilih cara-cara yang tak lazim juga, termasuk menyeberang ke Filipina, sebagaimana yang dilakukan 177 warga Sulawesi dan Jawa Ahad (21/8).

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement