REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Muassasah, perwakilan Arab Saudi dalam layanan ibadah haji, menjanjikan akan memberikan tenda untuk digunakan oleh Tim Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1437H/2016M. Muassasah menjanjikan lima tenda tiap maktab untuk Tim Kesehatan Haji Indonesia. "Ada pos sentral, tapi kita juga buat pos satelit," kata Muchtaruddin Mansur yang menjabat Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes ini.
Dia mengatakan seperti yang dijanjikan Arab Saudi, dimungkinkan PPIH mempunyai tenda yang berikan layanan kesehatan. Muchtaruddin yang ditemui di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah, Khalidiyah, Makkah, kemarin mengatakan penyediaan lima tenda tiap maktab ini dimasukan dalam perencanaan pelayanaan jamaah haji Indonesia selama prosesi Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina).
Posisi tenda kliniknya berada di depan maktab sehingga strategis dan mudah dikenali oleh jamaah haji Indonesia. Posisinya berada di pintu masuk jamaah haji Indonesia menuju tenda.
Selain tenda klinik, muassasah menjanjikan adanya ketersediaan kontainer air dingin dan es. Karena, keduanya merupakan komponen paling penting dalam penanganan jamaah yang terkena sengatan panas atau heatstroke.
Muchtaruddin mengatakan hal unik dalam layanan kesehatan Armina adalah keterbatasan dalam penggunaan peralatan medis. Karena, petugas tidak dapat membawa alat medis yang kompleks. "Pelayanan kesehatan perlukan oksigen, tapi itu tak dimungkinkan dibawa ke Arafah," katanya.
Akhirnya, petugas menyiapkan oksigen konsentrat. Oksigen ini sangat tergantung listrik sehingga kehandalan listrik menjadi konsentrasi petugas.
Dia mengatakan ketersediaan listrik memang menjadi hal krusial. Pada tahun lalu, Muchtaruddin mengatakan listrik sempat padam akibat dipaksakannya penggunaan pendingin ruangan. Tahun ini penggunaan peralatan lebih disesuaikan sehingga tidak terlalu membebani dalam penggunaan listrik.
Selain itu, peran petugas Tim Gerak Cepat (TGC) bisa dimaksimalkan untuk mengatasi keterbatasan peralatan medis. Mereka diharapkan dapat melakukan respons cepat dengan peralatan terbatas guna mengantisipasi terjadinya kerawanan kesehatan.