REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peran Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang bertebaran di seluruh daerah di Tanah Air telah memberikan kontribusi positif bagi pemahaman dan pengamalan bagi calon anggota jamaah haji Inonesia dalam menjalankan ibadah haji.
Termasuk, segala pernak-perniknya seperti keharusan membayar dam dan menjaga ucapan dan tindakan selama berhaji. Semua itu merupakan gambaran KBIH makin maju dan tentu pula perannya makin dibutuhkan.
Hal tersebut dapat dibuktikan, ketika jemaah haji Indonesia tiba di Tanah Air tidak satu pun memprotes pengurus KBIH apakah ritual haji, mulai dari ihram, thawaf, wukuf di Arafah, sa'i, tahalul hingga jumrah sudah sesuai dengan tuntutan manasik haji. Juga, sejak penyelenggaraan ibadah haji berlangsung tidak satu pun anggota jemaah memprotes hajinya tak sah.
Kini, yang terpenting dalam menghadapi wukuf di Arafah adalah petugas KBIH harus dioptimalkan dan didorong terus sehingga para tamu Allah yang kini sudah berada di Makkah, segera dapat menunaikan seluruh rangkaian ritual haji. Kembali ke Tanah Air tentu diharapkan dengan predikat haji mabrur.
Di antara petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan petugas KBIH, biasanya menjelang wukuf, muncul perbedaan pendapat seputar banyaknya anggota jamaah haji melaksanakan umrah atas dorongan petugas KBIH. Termasuk pula jemaah untuk berdemo meminta kenaikan selisih uang sisa pondokan.
Petugas di Daerah Kerja (Daker) Makkah kadang disibukan urusan protes urusan sepele, seperti ketiadaan air bersih di pemondokan yang seharusnya bisa diselesaikan di lapangan bersama petugas muasassah dan PPIH.