Kamis 08 Sep 2016 15:19 WIB

Saatnya Jamaah Haji Rekonstruksi Niat

Jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah.
Foto: Republika/Yogi Ardhi/ca
Jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Beberapa hari jelang puncak haji wukuf atau berhenti di Padang Arafah, para anggota Amirul Haj (pemimpin jamaah haji) Indonesia mengajak jamaah untuk merekonstruksi niat guna membersihkan hati demi sempurnanya ibadah.

Ajakan itu disampaikan oleh anggota Amirul Haj, KH Ahmad Bagja, saat melakukan kunjungan dan memberikan tausiah kepada jamaah di sejumlah pemondokan di Mekkah, Arab Saudi, Rabu. Sejak tiba di Mekkah pada Senin (4/9) dinihari rombongan Amirul Haj secara bergantian memberikan bimbingan ibadah dan pembinaan manasik kepada jamaah.

"Rekonstruksi ini penting agar pelaksanaan ibadah dapat diresapi dengan baik," kata Ahmad Bagja seraya menganjurkan jamaah untuk memperbanyak zikir.

Menurut ia, ibadah haji selain memperhatikan faktor-faktor jasmaniah juga sangat mementingkan faktor rohani (hati). Kehadiran hati tersebut dimulai pada saat niat berihram sampai dengan seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji, bahkan sampai pulang ke Tanah Air.

Senada dengan KH Bagja, KH Masyhuril Khamis mengimbau jamaah untuk memperbanyak istighfar, memohon ampunan kepada Allah SWT dengan harapan pada saat wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, serta pelaksanaan melontar jumrah, kondisi hati jamaah bersih sehingga mendapat ampunan dari Allah SWT, dan memperoleh predikat haji mabrur.

Naib (wakil) Amirul Haj, KH Miftahul Ahyar secara khusus berpesan tentang hikmah haji. Menurut dia, wukuf bukan sekadar datang, duduk, dan diam di Arafah, tetapi juga merupakan proses perenungan diri untuk mengetahui hakikat siapa diri calon haji sesungguhnya.

Untuk itu, tambah dia, ketulusan dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah haji menjadi faktor penting karena segala bentuk identitas yang menjadi pembeda satu dengan yang lain harus sudah dilepaskan pada saat niat berihram pada miqat.

"Usai haji, harus ada perubahan yang signifikan dari yang kurang baik menjadi lebih baik lagi," pesannya.

Oleh karena itu, selama menjalankan ibadah haji, jamaah diminta menghindari perselisihan dalam bentuk apa pun termasuk tata cara pelaksanaan haji.

Anggota Amirul Haj KH Hasanuddin AF mengingatkan perbedaan persepsi dalam tata cara pelaksanaan haji tidak perlu dipermasalahkan, apakah mau melaksanakan haji tamattu, qiran, atau ifrad.

Sebelumnya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku ketua Amirul Haj mengatakan bahwa Amirul Haj adalah pihak yang bertanggung jawab untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Arab Saudi dan negara-negara lain selama proses haji berlangsung.

Rombongan Amirul haj memberikan tausiah dan pembinaan manasik kepada jamaah haji di pemondokan masing-masing.

"Sebagian besar anggota delegasi amirul haj adalah tokoh umat Islam yang memiliki kompetensi menyampaikan manasik haji," katanya secara menambahkan bahwa secara bergilir tokoh organisasi masyarakat Islam bisa bersama dalam Amirul Haj dalam menjalankan fungsi dan tugas dalam misi haji Indonesia.

Tahun ini rombongan Menag terdiri atas Miftachul Akhyar Abdul Ghoni (Naib/wakil), Marpuji Ali Muanam (Naib), Masusi Mujaid Muskam (Sekretaris), Hasanuddin Abdul Fatah, Abdullah Mubarak Djaidi, Mohammad Siddik Nawab, Masyhurul Khamis Ahmad Kasim, Ahmad Badja Mohammad Tohir, Anung Sugihantono Hadisantoso (anggota), dan Khoirul Huda Basyir, Maryono Kasiman Irorejo (sekretariat).

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement