REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Khatib Wukuf Arafah untuk jamaah haji Indonesia KH Miftahul Akhyar mengajak jamaah wukuf untuk menghilangkan ego diri sehingga dapat menumbuhkan kebersamaan, menghilangkan perpecahan dan meningkatkan persatuan umat Islam untuk rahmat alam semesta.
"Biarkan egomu hangus terbakar oleh matahari Arafah yang terik. Wahai manusia! Pada hari ini hendaklah kalian menjadi sebuah pelita yang sedang mengisi bahan bakar guna merangi hatimu dan hati umat manusia," kata Miftah dalam khutbah wukuf di Arafah, Ahad (11/9).
Miftah yang merupakan salah satu naib/wakil Amirul Hajj Indonesia mengajak jamaah haji Indonesia agar selama "berihram" (mengenakan atribut haji) menghindarkan diri dari tindakan yang mengingatkan kepada suatu usaha, posisi, kelas sosial dan ras.
Dalam prosesi haji, kata wakil Rais Aam PBNU itu, juga diharuskan untuk mengenakan pakaian ihram sebagai jenis pakaian yang sama dipakai oleh seluruh jamaah haji. Terdapat makna pakaian ihram yaitu tidak ada perbedaan motif busana di antara seluruh jamaah haji.
Artinya, segala manusia itu pada hakikatnya adalah sama. "Di sinilah sang aktor manusia harus berganti pakaian. Mengapa demikian? Karena pakaian akan menutupi diri dan watak manusia," kata kiai Miftahul Akhyar mengingatkan.
Pakaian, sambung kiai Miftah, melambangkan pola kesukaan, status dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian melahirkan "batas palsu" yang menyebabkan perbedaan di antara umat manusia.
Untuk itu, kata dia, setiap jamaah yang berhasil melangsungkan ibadah haji harus dapat menjadi haji mabrur dan beralih sebagai insan baru yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan umat Islam dan menghargai sesama manusia.