Selasa 20 Sep 2016 11:51 WIB

Kelelahan Penyebab Meningkatnya Kematian Jamaah Haji Indonesia

Jamaah haji wafat (ilustrasi).
Foto: Antara/ca
Jamaah haji wafat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Penghubung Kesehatan Daerah Kerja Mekkah, dr Ramon Andrias menilai, meningkatnya jumlah jamaah haji yang meninggal dunia pasca puncak haji atau wukuf di Arafah diakibatkan oleh faktor kelelahan.

"Pertama karena kecapean dan tidak mau makan. Saat ini sudah mulai banyak jamaah yang wafat di pemondokan. Jangankan jamaah, petugas pun sudah mulai tidak mau makan," ungkap dr Ramon di Daerah Kerja Mekkah di kawasan Syisyah, Makkah, Senin (19/9).

Hilangnya nafsu makan, ungkap dr Ramon Andrias lebih lanjut, belakangan melanda kalangan jamaah, terutama yang lanjut usia dan risiko tinggi atau jamaah dengan penyakit bawaan.

Grafik angka jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia pasca fase Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) pada musim haji ini cenderung bergerak naik. Tercatat tiga hari pasca-Armina atau terhitung 16 September 2016, total 40 jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia adalah 14 orang pada hari pertama, 16 orang pada hari kedua, dan 10 orang pada hari ketiga.

Dari empat puluh jamaah yang meninggal dunia pasca-Armina, 15 jamaah haji meninggal dunia di pemondokan, 13 orang di RS Arab Saudi, sembilan orang di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Klinik Sektor, dua orang di perjalanan, dan seorang jamaah wafat di Masjidil Haram.

"Apalagi orang-orang yang sudah tua. Sebagian besar yang wafat memang yang berisiko tinggi. Ada satu orang yang wafat umur 37 tahun, kelihatannya ada diabetes dan gangguan jantung," tambahnya.

Ia juga menduga faktor psikologis berupa rasa ingin pulang ikut memengaruhi kejiwaan jamaah, di tengah rasa lelah dan selera makan yang menurun. Padahal, lanjut Ramon, makan dan istirahat adalah sebuah keharusan, terlebih setelah jamaah menjalani prosesi Armina yang sangat melelahkan dan menguras tenaga, serta kondisi alam berdebu.

"Saya bilang dari awal bahwa makan itu pakai otak. Saya harus makan. Kalau tidak makan tentu akan semakin lemas. Dengan makan, kalau sakit, paling tidak (terpenuhi kebutuhan fisiknya)," katanya.

Selain makan cukup, kata dia, jamaah juga diimbau cukup istirahat. "Begitu mulai terasa tidak enak, segera berobat," jelasnya. Sementara itu, data angka kematian pasca-Armina dalam tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa grafik kematian jamaah pasca-Armina jauh lebih tinggi daripada pra-Armina.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement