Kamis 01 Dec 2016 16:02 WIB

Kapan Pertama Kali Jamaah Haji Indonesia ke Tanah Suci?

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Jamaah haji tempo dulu menggunakan angkutan kapal laut (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Jamaah haji tempo dulu menggunakan angkutan kapal laut (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Angkanya mencapai 88,8 persen dari total penduduk dunia yang mencapai 235 juta jiwa atau sekitar 200 juta jiwa lebih. Tak heran bila negeri ini selalu menjadi negara terbesar dalam pengiriman jumlah jamaah haji ke Tanah Suci.

Sampai 2012, jumlah calon jamaah haji Indonesia yang akan menunaikan ibadah haji mencapai 211 ribu jiwa. Hingga saat ini, tak kurang dari lima juta penduduk Indonesia telah menunaikan ibadah haji.

Yang menjadi pertanyaan, kapan bangsa ini pertama kali mengirimkan jamaah hajinya ke Tanah Suci atau siapa orang pertama Indonesia yang menjadi haji? Tak ada keterangan pasti.

Sebab, sejak masa kolonial Belanda, sudah banyak umat Islam Indonesia yang menunaikan ibadah haji. Umumnya, mereka berangkat tanpa bekal (materi) secukupnya, peralatan seadanya, dan tanpa birokrasi yang ketat seperti sekarang.

Konon, jamaah haji Indonesia sudah menunaikan perjalanan ke Tanah Suci untuk beribadah haji sejak abad ke-16 M. Umumnya, mereka berasal dari kelompok kelas atas, seperti utusan sultan, pedagang, ataupun para musafir dan penuntut ilmu.

Bahkan, hingga awal tahun 1970-an, mereka yang berangkat masih menggunakan kapal laut, bukan dengan pesawat terbang seperti sekarang. Waktu yang ditempuh dari kepulauan nusantara hingga ke Tanah Suci sekitar tiga bulan perjalanan. Sekarang, dengan menggunakan pesawat terbang, perjalanan dari Indonesia ke Jeddah memakan waktu sekitar sembilan jam. Perbedaan waktu yang sangat mencolok.

Cendekiawan Muslim Indonesia, Azyumardi Azra, dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad 17 dan 18, mengungkapkan bahwa terdapat banyak umat Islam yang menunaikan ibadah haji. Hal ini tak lepas dari hubungan pelayaran yang terjalin antara masyarakat kepulauan nusantara dan pedagang dari Jazirah Arabia.

Umumnya, pelayaran itu dilakukan melalui Selat Malaka, Samudera Pasai, dan Pidie. Wilayah ini sudah terkenal sejak dahulu kala sebagai pusat perdagangan internasional. Menurut Azyumardi, pada permulaan abad ke-16, telah dijumpai pribumi nusantara di Makkah yang kemungkinan besar adalah pedagang yang datang dengan kapalnya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement